REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Setelah mogok dagang selama tiga hari sejak Senin (21/2/2022), pedagang tahu dan tempe pada Kamis (24/2/2022) mulai menjajakan kembali dagangannya. Salah satunya di Pasar Bogor, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, bersama Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto, dan Kasatpol PP Kota Bogor Agustian Syach, meninjau Pasar Bogor untuk mengecek ketersediaan tahu dan tempe di sana. Saat kunjungan, Dedie dan Atang melihat rata-rata pedagang mulai kembali berjualan tahu tempe dengan harga normal. Dari hasil tinjauan, rata-rata tempe dijual seharga Rp 13 ribu per potong dan tahu Rp 800 per potong.
Menurut para pedagang, para pengrajin atau produsen tidak dapat menaikkan harga tahu dan tempe pascaaksi mogok produksi massal tiga hari ke belakang. Hanya saja, ukuran tahu tempe yang dijajakan lebih kecil dari sebelumnya.
Untuk itu, Dedie meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir saat ini ketersedian tahu tempe di Bogor sudah tersedia. “Bersyukur tahu tempe sudah ada. Harga tempe tidak naik, hanya ukurannya saja yang dikurangi dan sejauh ini aman (sudah tersedia),” kata Dedie ketika ditemui Republika.co.id di Pasar Bogor, Kamis (24/2/2022).
Di lokasi yang sama, Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto, menuturkan agar kelangkaan kedelai sebagai bahan baku impor bisa diteman, ia berharap pemerintah pusat bisa mengambil langkah mencari negara negera impor kedelai selain Amerika. Yakni Brazil dan Argentina untuk menyelamatkan stok kedelai hari ini.
“Berikutnya jangka menegah dan panjang, memikirkan peningkatan peoduksi dalam negeri melalui petani dalam negeri,” kata Atang.
Langkah kedua, sambung Atang, yakni menciptakan atau menghasilkan varietas benih kedelai yang sama dengan yang dimiliki luar negeri. “Saya kira banyak peneliti peneliti kita yang bisa ke sana. Tinggal apakah pemerintah mau menyiapkan anggaran penelitian yang memadai atau tidak. Itu,” tegasnya.