Kamis 24 Feb 2022 01:13 WIB

Atasi Krisis Tahu Tempe, Indonesia Harus Genjot Produksi Kedelai Lokal

Petani perlu diberi insentif agar mau menanam kedelai lokal.

Pekerja memproduksi tempe di Kelurahan Pasir Kuda, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/2/2022). Industri rumahan tersebut kembali memproduksi tempe hingga 300-400 kilogram per hari namun memperkecil ukuran berat tempe dari sebelumnya 9 ons menjadi 7 ons karena masih tingginya harga kacang kedelai impor yang mencapai Rp11.500-Rp11.700 per kilogram. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/rwa.  Perkecil-Ukuran-Berat-Tempe-230222-Arf-5.jpg | 4000 x 2685 px | 2.1 Mb | 23-02-2022 18:10 WIB
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Pekerja memproduksi tempe di Kelurahan Pasir Kuda, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/2/2022). Industri rumahan tersebut kembali memproduksi tempe hingga 300-400 kilogram per hari namun memperkecil ukuran berat tempe dari sebelumnya 9 ons menjadi 7 ons karena masih tingginya harga kacang kedelai impor yang mencapai Rp11.500-Rp11.700 per kilogram. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/rwa. Perkecil-Ukuran-Berat-Tempe-230222-Arf-5.jpg | 4000 x 2685 px | 2.1 Mb | 23-02-2022 18:10 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr Purwanto mengingatkan perlunya meningkatkan produksi kedelai lokal. Upaya tersebut sebagai mitigasi untuk mengatasi kenaikan harga komoditas tersebut pada masa yang akan datang.

"Perlu peningkatan produksi untuk kedelai lokal dan perlunya perluasan produksi, ini merupakan salah satu upaya mitigasi yang efektif," katanya, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Dosen jurusan agroteknologi Fakultas Pertanian Unsoed itu juga menambahkan bahwa terkait peningkatan produksi maka perlu adanya insentif bagi petani agar mau menanam kedelai. "Petani perlu kepastian pasar dan harga yang layak. Selain itu petani juga perlu jaminan pasar dan harga agar mereka makin terdorong untuk menanam kedelai," katanya.

Selain itu, kata dia, para petani juga perlu dukungan teknologi terutama varietas unggul untuk bisa memacu dan peningkatan produksi kedelai. Menurutnya, harga kedelai dapat dikendalikan jika stok tercukupi, baik ketersediaan kedelai impor maupun hasil produksi kedelai lokal.

"Dengan demikian, produksi kedelai impor ini memegang peranan penting karena jika ketersediaan kedelai produksi dalam negeri mampu memenuhi maka akan dapat berkontribusi positif pada penurunan harga," katanya.

Sementara itu, Purwanto juga menambahkan bahwa salah satu hal yang menjadi hambatan dalam produksi kedelai adalah persoalan lahan. "Ketersediaan lahan menjadi salah satu hambatan produksi bagi para petani yang selama ini berupaya menanam kedelai. Selama ini banyak petani yang menanam kedelai pada lahan-lagan sawah bekas padi sehingga produksi masih rendah karena ada kemungkinan ancaman kekeringan," katanya.

Kendati demikian, hal tersebut menurutnya bisa diatasi dengan menggunakan bibit unggul dan berkualitas agar dapat menghasilkan varietas yang lebih tahan terhadap cuaca.

Sementara itu, pemerhati tanaman kedelai dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Ponendi menambahkan bahwa petani kedelai perlu menggunakan bibit unggul dan berkualitas guna meningkatkan produksi kedelai. "Unggul di sini berarti varietas baru yang menjadikan produktivitasnya tinggi sementara berkualitas artinya adalah benih tersebut harus bersertifikat, daya tumbuhnya tinggi yakni 90 persen," katanya.

Dia juga menambahkan bahwa benih kedelai harus dipastikan tidak tersimpan terlalu lama di tempat penyimpanan. "Artinya petani pada saat menanam sebaiknya menggunakan benih yang baru agar daya tumbuhnya tinggi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement