Rabu 23 Feb 2022 15:46 WIB

Mentan SYL Berharap Importir Kedelai Berkorban Bantu Perajin Tahu Tempe

Mentan ingin mengetahui detail harga kedelai impor yang sangat mahal

Rep: dedy darmawan nasution/ Red: Hiru Muhammad
Pengrajin menunjukkan kedelai impor yang harganya melambung di sentra industri tempe Sunter Jaya, Jakarta, Senin (21/2/2022). Ratusan pengrajin tempe setempat mengikuti aksi mogok produksi serentak selama 3 hari sebagai respon meningkatnya harga kedelai.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Pengrajin menunjukkan kedelai impor yang harganya melambung di sentra industri tempe Sunter Jaya, Jakarta, Senin (21/2/2022). Ratusan pengrajin tempe setempat mengikuti aksi mogok produksi serentak selama 3 hari sebagai respon meningkatnya harga kedelai.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, meminta importir kedelai agar mau berkorban dengan tidak menaikkan harga secara terus menerus terutama kepada para perajin tahu dan tempe.

"Sudah 15 tahun impor kedelai kita besar, masak satu tahun saja dalam kondisi seperti sekarang tidak ada pengorbanan sedikitpun. Main jual seperti (mengikuti fluktuasi) harga beli," kata Syahrul saat membuka Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh 2022 secara virtual, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Syahrul mengaku, melihat harga kedelai impor yang terus mengalami kenaikan mendorongnya ingin  mengetahui detail harga kedelai impor itu. Pasalnya, harga kedelai impor yang dijual saat ini sangat mahal. "Kalau saya ada kewenangan, saya berhentikan dia (importir) untuk impor kalau dia tidak mau membantu produsen tahu tempe hanya dalam waktu yang singkat ini," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, harga kedelai impor terus mengalami kenaikan. Situasi itu membuat para perajin tahu dan tempe di wilayah Jabodetabek melakukan aksi mogok produksi sebagai respons mahalnya harga bahan baku tersebut.

Ketua Puskopti DKI Jakarta, Sutaryo mengatakan, aksi mogok produksi dilakukan untuk memberikan pesan kepada para pedagang maupun masyarakat bahwa harga tahu dan tempe memang harus dinaikkan. Menurutnya, mogok produksi adalah media yang paling efektif untuk memberi pemahaman kepada pasar bahwa kenaikan tahu dan tempe bukan keinginan para perajin semata.

Ia pun mengakui beberapa waktu terakhir perajin tahu tempe skala kecil kerap kali mendapatkan tekanan dari pedagang akibat harga tahu dan tempe yang terus meningkat. Padahal, kata Sutaryo, harga kedelai saat ini pun mengalami kenaikan hampir setiap hari.

"Harga kedelai naik terus sementara untuk menaikkan tahu dan tempe itu tidak bisa langsung. Per hari ini, harga kedelai sudah naik lagi Rp 100 per kilogram (kg)," kata dia.

Berdasarkan catatan Puskopti, harga kedelai sejak awal Februari sudah stabil tinggi di atas Rp 11 ribu per kg. Adapun harga terakhir yang diterima mencapai Rp 11.500 per kg, naik cukup tinggi dari sebelumnya di bawah Rp 10 ribu per kg.

Dengan tingkat kenaikan tersebut, harga tahu dan tempe otomatis harus dinaikkan sekitar 20 persen. Sebagai gambaran, harga tempe nantinya akan berfluktuasi di kisaran Rp 10 ribu - Rp 12 ribu per kg sedangkan tahu Rp 650 - Rp 700 per potong.

Sutaryo juga memahami bahwa ada proyeksi kenaikan harga kedelai menyentuh Rp 12 ribu per kg bahkan lebih. Hal itu tentunya akan mengerek harga tahu dan tempe sehingga masyarakat diharapkan dapat memaklumi. Terlebih, produksi kedelai lokal belum dapat memenuhi kebutuhan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement