Sabtu 26 Feb 2022 01:05 WIB

Asa Aminah di Tengah Melambungnya Harga Kedelai

Program swasembada kedelai yang didengung-dengungkan pemerintah tidak jalan.

Pekerja memproduksi tempe rumahan. Asa Aminah di Tengah Melambungnya Harga Kedelai
Foto:

Sebab dulu pengusaha tempe di Desa Klangonan cukup banyak, berbeda dengan saat ini jumlah pengrajin makin sedikit. Sekarang jumlah pengusaha tempe bisa dihitung jari.

Hanya lima sampai enam yang masih bertahan di RT setempat. Menurunnya jumlah keluarga dalam mengelola kedelai menjadi tempe di kawasan itu disebabkan tidak stabilnya harga kedelai setiap tahun dan selalu mengalami lonjakan sehingga beberapa keluarga terpaksa beralih mencari sumber penghasilan lainnya.

Kenaikan kedelai tahun ini paling parah dibanding sebelumnya. Biasanya, kenaikan harga mulai dari Rp 500 kemudian merangkak naik. Beda dengan sekarang, dari Rp 6.000 naik ke Rp 8.000 kemudian sampai Rp 11 ribu, dan kini hampir menyentuh Rp 12 ribu.

Kondisi ini, tentu membuatnya kelabakan. Wanita berusia 47 tahun itu mengaku tidak bisa berbuat banyak, dan keluarganya memilih tetap berproduksi meski harus mengurangi kapasitas hingga separuh dari biasanya untuk menekan biaya produksi.

Dia tidak mau mengambil risiko dengan produksi 80 kilogram sebab jika memaksa produksi seperti biasa, tidak akan mampu menutupi modal dan biaya produksi. Hal yang senada diakui Aisyah, adik Dewi Aminah. Mereka berdua berharap pemerintah memiliki cara agar harga kedelai stabil setiap tahun sehingga produksi tempe tidak terganggu dan mampu mempertahankan industri rumah di kawasan itu.

"Saya beli kedelai dari agennya sudah mahal. Mohon pemerintah agar harga bisa stabil, tidak tiba -tiba naik. Kami yang pengusaha kecil rumahan ini biar tidak bingung jualannya," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement