Kamis 24 Feb 2022 04:49 WIB

50 Persen Kematian Covid-19 karena Belum Divaksin Lengkap

Pemerintah mendesak masyarakat untuk segera divaksinasi.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja membuat lubang makam untuk jenazah kasus Covid-19. Lebih dari 50 persen kematian dialami oleh masyarakat yang belum mendapatkan vaksin lengkap.
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Pekerja membuat lubang makam untuk jenazah kasus Covid-19. Lebih dari 50 persen kematian dialami oleh masyarakat yang belum mendapatkan vaksin lengkap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mencatat, lebih dari 50 persen kematian dialami oleh masyarakat yang belum mendapatkan vaksin lengkap. Selain belum mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap, umur dan penyakit penyerta (komorbid) juga mempengaruhi faktor kematian akibat Covid-19.

"Angka kematian tergantung pada tiga hal besar. Pertama adalah usia, kedua adalah komorbid, dan ketiga adalah status vaksinasi," kata Dante saat mengisi konferensi virtual Radio Kesehatan Kemenkes bertema Antisipasi Kasus Omicron di Luar Jawa-Bali, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan, masyarakat membutuhkan vaksin Covid-19 karena setelah divaksin akhirnya menciptakan kekebalan tubuh. Kekebalan ini terekam dalam memori antibodi yang ada di dalam badan. Oleh karena itu, ia menegaskan status vaksinasi penting untuk dipenuhi karena begitu target sasaran mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama maka angka kematian turun 16 persen, kemudian ketika disuntik dua dosis vaksin maka angka kematian turun 67 persen, dan ketika dilengkapi lagi dengan penguat yaitu booster maka angka kematian turun menjadi 97 persen.

"Kemudian ketika terinfeksi Covid-19, angka kematian turun," katanya.

Oleh karena itu, ia meminta masyarakat yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap dan booster supaya segera melengkapinya. Jika masih mendapatkan dosis pertama maka segera lengkapi dua dosis.

Terkait jika mendapatkan vaksin dosis kedua dalam kurun waktu lewat dari 6 bulan setelah suntikan pertama, Dante menegaskan vaksinasi mesti diulang lagi. Bahkan, pengulangan vaksin ini sudah dimasukkan dalam program Kementerian Kesehatan.

"Vaksin ini perlu diulang karena perlu memberikan efek immunologi secara memori. Kalau memori antibodinya tak cukup maka tak bisa melakukan perlawanan kalau terinfeksi," ujarnya.

Kemudian bagi target sasaran yang sudah vaksin dosis kedua supaya segera lakukan vaksinasi booster sehingga kegiatan ini bisa berjalan dengan baik kemudian memberikan perlindungan. Ia mengakui kalau memori antibodi cukup maka akan tahan untuk melawan kemungkinan infeksi.

Apalagi, ia mengingatkan seringkali target sasaran memiliki keluarga, orang yang disayangi yang tinggal serumah. Tentu merasa cemas dan kehilangan karena ego tidak divaksin yang berpotemsi mengalami kondisi gawat lebih besar dibandingkan yang sudah divaksin dosis lengkap.

"Jadi, kelengkapan vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling signifikan untuk mengurangi angka kematian," ujarnya.

Baca juga : Anak Sedang Sakit, Kapan Bisa Divaksinasi Covid-19?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement