REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR RI, Rano Al Fath, menyinggung dugaan provokator yang mendalangi insiden di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Ia menekankan perlunya pengecekan dugaan provokator di balik kekerasan yang terjadi di Wadas.
Rano mengaku sudah mendapat data dari Kepala Desa Wadas. Ia mengungkapkan sebanyak 350 dari 429 pemilik lahan sebenarnya siap membebaskan tanahnya untuk menggolkan proyek pembangunan tambang disana.
"Berarti sudah lebih dari 80 persen warga (setuju). Insiden kemarin itu terjadi karena adanya gesekan antara warga yang pro dan yang kontra terkait proyek Bendungan Bener. Nah, itu kita harus cek apakah ada provokator atau dalang di baliknya," kata Rano kepada wartawan, Jumat (11/2/2022).
Rano menyatakan polemik suatu pembangunan wajar bila berujung ada pihak yang pro dan kontra. Namun ia tak setuju bila muncul provokator guna memecah warga setempat. "Yang tidak bisa dibenarkan adalah adanya intimidasi atau ancaman-ancaman sampai jadi provokator untuk memecah belah warga. Saya optimis Polri dalam hal ini Polda Jateng siap mengawal dan melindungi warga," ujar Rano.
Rano juga mengungkapkan aparat kepolisian justru dihalangi oleh pihak yang diduga bukan warga Desa Wadas, ketika akan ke Wadas. Ia mengingatkan supaya pihak kepolisian memastikan dugaan provokator insiden Wadas. "Kabarnya Bhabinkamtibmas sempat dihalangi saat akan sambang di desa itu dan beberapa orang pelakunya diduga kuat bukan warga Wadas," ucap Rano.
Walau demikian, Rano menganjurkan pihak kepolisian tak mengutamakan langkah pengamanan represif atau dengan kekerasan. "Sementara ini Polri terus kedepankan upaya humanis dan dialogis," lanjut politikus dari PKB tersebut.
Selain itu, Rano mendesak pihak kepolisian hukum menjamin agar tak ada lagi tindak kekerasan, intimidasi, hingga kriminalisasi bagi warga sipil di Desa Wadas di kemudian hari. "Aparat penegak hukum terkait bisa memastikan adanya mekanisme pencegahan terjadinya kekerasan, intimidasi, dan kriminalisasi bagi masyarakat, baik yang pro dan yang kontra terhadap proyek Bendungan Bener," tutur Rano.
Sebelumnya, Perwakilan Solidaritas untuk Wadas, Heronimus Hemon, mengungkapkan rasa takut dan lapar menghantui warga Wadas, Purworejo, Jawa Tengah pascaaksi dugaan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian. Kehidupan di Desa Wadas disebut belum kembali normal hingga Kamis (10/2/2022).
"Rasa takut dan trauma tak henti-hentinya menghantui kehidupan warga Wadas. Puluhan anak, saudara dan suami diangkut paksa tanpa alasan oleh Polres Purworejo menambah kekhawatiran sanak keluarga yang menantikan kepulangan mereka," kata Heronimus dalam keterangan yang dibacakan lewat webinar pada Kamis (10/2/2022).