Ahad 20 Feb 2022 06:29 WIB

Ketidakjelasan dan Buruknya Komunikasi Jadi Pemicu Polemik di Wadas

Penolakan warga Wadas muncul akibat tidak ada transpransi sejak awal.

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Indira Rezkisari
Pertigaan tempat aparat berjaga sudah kosong di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, Senin (14/2/2022). Kegiatan warga berlangsung normal pascapenarikan aparat kepolisian dari Desa Wadas. Kondisi desa juga mulai kondusif pascapenangkapan warga pekan lalu. Diketahui 63 warga ditangkap kepolisian bersamaan dengan pengukuran tanah warga yang setuju dengan penambangan batu andesit untuk Bendungan Bener di Wadas.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pertigaan tempat aparat berjaga sudah kosong di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, Senin (14/2/2022). Kegiatan warga berlangsung normal pascapenarikan aparat kepolisian dari Desa Wadas. Kondisi desa juga mulai kondusif pascapenangkapan warga pekan lalu. Diketahui 63 warga ditangkap kepolisian bersamaan dengan pengukuran tanah warga yang setuju dengan penambangan batu andesit untuk Bendungan Bener di Wadas.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOREJO -- Buruknya komunikasi dan sosialisasi disebut menjadi pangkal polemik penambangan batu andesit yang terjadi di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Akibatnya muncul penolakan dari sebagian warga Desa Wadas terkait dengan situs penambangan andesit di wilayah mereka.

Hal ini terungkap dalam pertemuan warga Desa Wadas yang kontra penambangan batu andesit dengan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, yang digelar di masjid Nurul Huda, Desa Wadas, Sabtu (19/2/2022) malam.  Kepada wagub, tokoh masyarakat Desa Wadas, Gus Fuad mengungkapkan, penolakan sebagian warga terkait penambangan batu andesit di Desa Wadas untuk pembangunan Bendungan Bener muncul akibat tidak ada transparansi dan sosialisasi yang baik sejak awal dari pihak aparatur desa.

Baca Juga

Situasi ini lantas membuat warga mencari tahu sendiri kejelasan rencana penambangan di Desa Wadas hingga dalam perkembangannya, warga kian resah. "Warga resah, mau tanam juga tidak tenang," jelasnya.

Atas keresahan ini, para sesepuh desa sudah berupaya mengirimkan surat kepada kepala desa setempat agar warga yang resah mendapatkan kejelasan. Namun surat tersebut juga tak kunjung mendapat balasan. Seharusnya kepala desa dan perangkatnya merespons permintaan tersebut dan bisa memberikan informasi yang lebih jelas dan transparan terkait dengan pemicu keresahan warga tersebut.  

Lebih lanjut, Gus Fuad juga mempertanyakan mengenai posisi Wadas yang dipilih sebagai situs penambangan bagi kebutuhan pembangunan Bendungan Bener. Karena secara lokasi, Wadas terpisah dari Bendungan Bener.

Ia juga menyoroti soal appraisal pembebasan lahan yang dirasa tidak semestinya. Appraisal harusnya diumumkan setelah semua pemilik menyetujui dan menyepakati berapa harganya. "Hal inilah yang kemudian membuat warga menjadi semakin resah karena merasa tidak ada keadilan yang seharusnya didapatkan," katanya.

Kepada warga Wadas, Taj Yasin mengaku prihatin, dengan adanya kejadian 8 Februari 2022. "Alhamdulillah tadi saya lihat anak-anak sudah senang, sudah ceria. Masyarakatnya sudah mulai kembali aktivitasnya," ungkapnya.

Menanggapi suara warga, wagub menyampaikan sudah mendapatkan gambaran mengenai polemik yang terjadi dan akar masalahnya adalah persoalan komunikasi. Apabila dari awal komunikasi dibangun secara baik dan transparan maka tidak akan menimbulkan masalah besar.

Maka wagub mengajak semua pihak untuk bersama- sama memperbaiki biruknya komunikasi di Wadas.  Jika  ada masalah komunikasi harus jelas dari awal. "Namanya Jual beli, ya harus tahu harganya 'yang dibeli berapa, kelanjutannya bagaimana', harusnya kan gitu," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement