REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Haura Hafizhah, Fergi Nadira, Rr Laeny Sulistyawati
Peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amin Soebandrio mengatakan mutasi pada virus termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 belum tentu menyebabkan virus bertambah kuat atau menjadi ganas. Namun, sebaliknya bisa mengakibatkan virus menjadi lemah.
"Dari sekian banyak mutasi, itu justru sekitar 45 persen menyebabkan virusnya mati," kata Amin, Kamis (6/1).
Amin menuturkan, sekitar 30 persen dari mutasi menyebabkan virus bertambah lemah dan sekitar 20 persen tidak menyebabkan perubahan apapun pada virus. Sementara yang menyebabkan virus bertambah aktif atau 'kuat' cuma 4-5 persen dari mutasi.
Amin menuturkan tidak selalu hasil dari mutasi virus menyebabkan kemunculan varian yang lebih berbahaya. Meskipun peluang bertambah "kuat" suatu virus dari proses mutasi terbilang kecil, tetap harus diperhitungkan.
Menurut Amin, dari kemungkinan kecil itu, varian hasil mutasi yang berhasil lolos dari tekanan lingkungan seperti dari vaksinasi dan obat-obatan, akan menjadi varian yang lebih 'kuat'.
"Sebenarnya kemungkinannya kecil tapi yang berhasil lolos itu tambah jadi lebih 'kuat' dari tekanan lingkungan baik itu oleh vaksinasi oleh obat dan sebagainya," tutur Amin.
Belum lama varian baru Omicron mencuat, muncul lagi varian baru, yakni varian IHU. Sementara ini, belum ada informasi mengenai ada tidaknya kecenderungan varian IHU lolos dari perlindungan antibodi yang tercipta usai menjalani vaksinasi atau infeksi alamiah.
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan terlalu dini untuk mengkhawatirkan varian SARS-CoV-2 B.1640.2 atau IHU. Sebab, penemuan sementara varian IHU diduga lebih kebal terhadap vaksin Covid-19.
"Varian IHU di Prancis mengandung 46 mutasi, diduga lebih kebal terhadap vaksin Covid-19," katanya dalam cuitan di akun Twitter miliknya, Kamis (6/1).
Kemudian, ia melanjutkan dugaan tersebut masih dalam proses penelitian dan analisis lantaran varian IHU baru diidentifikasi pada 29 Desember 2021 di Prancis.
"Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengategorikan varian IHU sebagai Variant Under Monitorig (VuM) yang artinya risiko penularan varian tersebut masih diteliti dan diawasi," kata dia.
Ia menambahkan varian IHU saat ini ditemukan hanya dengan 12 kasus di Kota Marseille, Prancis. Sehingga ia mengimbau agar masyarakat tidak terlalu khawatir.
"Ini masih diselidiki oleh WHO. Terlalu dini untuk mengkhwatirkan IHU," kata dia.
Varian IHU di Prancis:
-Diambil dari nama Institut Hospitalo-Universitaire Prancis, almamater peneliti
-Ditemukan 29 Desember 2021
-Mengandung 46 mutasi—diduga lebih kebal terhadap vaksin.
-Ada 12 kasus di Marseille
-Masih diselidiki WHO
-Terlalu dini untuk mengkhawatirkan IHU
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) January 6, 2022