REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KH Bahauddin Nursalim atau yang biasa disapa Gus Baha mengajak kader PPP menjadi pelopor praktik politik yang simpatik. Hal ini disampaikan Gus Baha saat memberi tausiyah dalam acara Hari Lahir (Harlah) PPP ke-49, Rabu (5/1/2022) malam lalu.
Dikatakannya, untuk merebut kemenangan atau mendapatkan simpati termasuk juga dalam urusan politik harus dilakukan dengan cara yang baik. Karena segala sesuatu yang dilakukan dengan cara yang baik tidak akan menghilangkan kesalehan seseorang.
"Tugas kita sebagai manusia harus berprilaku simpatik, awal orang mengikuti kita itu karena simpatik dengan kita. Karena pada dasarnya manusia itu adalah budak kebaikan," kata Gus Baha yang hadir secara virtual dari pondoknya di Rembang Jawa Tengah.
Lanjut Gus Baha, orang sholeh terdahulu punya kebesaran hati dalam mengelola kompetisi menjadi sebuah simpati. Hal itu menurutnya yang dilakukan oleh para ulama di tanah air, termasuk KH Maemoen Zubair (Mbah Moen).
"Yang harus kita hindari dalam kompetisi adalah pertumpahan darah. Ulama berpolitik, itu seni untuk menghindari pertumpahan darah sesama manusia," jelasnya.
Ia juga berpesan agar kader PPP juga menjaga keberagaman dan perdamaian dalam berbagsa dan bernegara. Menurutnya, keberagaman itu harus dijaga dengan baik supaya hadir kenyamanan dan persatuan di tengah-tengah masyarakat.
"Keberagaman adalah sunnatullah, dalam tradisi para ulama berbeda itu sebuah pengetahuan, beda itu bukan berarti musuh, menghargai perbedaan dan menjaga keberagaman bagian dari ajaran para ulama," kata Gus Baha.
Hadir dalam kegiatan Tasyakuran Harlah PPP Ke-49 ini Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, Sekjen PPP Arwani Thomafi, Wakil Ketua Umum PPP Zainut Tauhid Sa’adi, Wakil Ketua Umum PPP Ermalena, Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani, Wakil Ketua Umum PPP Musyaffa Noer, Ketua Majelis Syariah PPP Kiai Musthofa Aqil Siradj, Ketua majelis Pertimbangan PPP Mardiono, Ketua Majelis Pakar PPP Zarkasih Nur, Wakil Ketua Majelis Syariah PPP Habib Ahmad Idrus Al-Habsyi, Kiai Manan, Kiai Bukhori, Kiai Manarul Hidayat, serta Kiai Mujib.