REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini mengungkap karakteristik pemilihan umum di Tanah Air. Di antaranya, sebagai pemilu paling kompleks dan rumit di dunia, apalagi pelaksanaan pemilu dan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada tahun yang sama.
"Bahkan, the biggest one-day election in the world (pemilihan satu hari terbesar di dunia)," kata Titi yang pernah terpilih sebagai Duta Demokrasi mewakili Indonesia dalam International Institute for Electoral Assistance (International IDEA) di Semarang, Sabtu (1/1).
Titi mengemukakan hal itu terkait dengan rencana penyelenggaraan Pemilihan Presiden/Wakil Presiden, Pemilihan Anggota DPR, Anggota DPD, dan anggota DPRD provinsi/kabupaten/kota serta pemilihan kepala daerah di 34 provinsi dan di 514 kabupaten/kota pada tahun 2024. Karakteristik lainnya, lanjut Titi, Indonesia menyelenggarakan pemilu dengan rekapitulasi suara paling lama di dunia.
Begitu pula terkait dengan database, Indonesia memiliki data pemilih tersentralisasi terbesar di dunia. Pemilu di Tanah Air menyimpan salinan hasil penghitungan suara dari tempat pemungutan suara (TPS) dalam database tersentralisasi yang menurut Titi Anggraini juga terbesar di dunia.
Menyinggung soal determinasi uang dalam pemilu, dia mengatakan, batasan sumbangan dana kampanye (campaign donation limit) di Indonesia termasuk yang paling tinggi di dunia. Bahkan, dianggap cenderung tidak membatasi, yakni Rp 2,5 miliar per individu dan Rp 25 miliar per badan hukum swasta.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini menganggap laporan dana kampanye sekadar basa-basi karena politik berbiaya tinggi yang tidak akuntabel. "Kontestasi dikeluhkan mahal, tetapi tidak tergambar dalam laporan dana kampanye," kata Titi yang pernah sebagai Direktur Eksekutif Perludem.