Kamis 30 Dec 2021 10:49 WIB

Bukan Anies, Giring: Rektor Kami Dr Nurcholish Madjid

Giring meluruskan informasi, saat Anies rektor, ia sudah tak aktif di Paramadina.

Rep: Erik PP/Meiliza Laveda/ Red: Erik Purnama Putra
Reklame politikus PSI Giring Ganesha Djumaryo di Jalan Warung Buncit, Jaksel.
Foto: Dok DPMPTSP DKI
Reklame politikus PSI Giring Ganesha Djumaryo di Jalan Warung Buncit, Jaksel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat belakangan ini ramai membincangkan status drop out (DO) Giring Ganesha Djumaryo dari Universitas Paramadina. Ketua Umum Partai Solidaritas (PSI) tersebut memberikan klarifikasi jika ia semasa kuliah tidak pernah bersentuhan langsung dengan Anies Rasyid Baswedan. Giring memberikan penjelasan jika saat berstatus mahasiswa, Anies belum menjadi rektor Universitas Paramadina.

"Di kampus Paramadina, saya tidak pernah bertemu langsung dengan Mas Anies, setalah saya masuk, rektor kami saat itu adalah almarhum Dr Nurcholish Madjid atau Cak Nur. Dan ketika Cak Nur wafat, saya sempat mengantarkan beliau ke pemakaman," kata Giring sebagaimana dikutip dari Instagram pribadi di Jakarta, Kamis (30/12).

Baca Juga

Giring terdaftar sebagai mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Paramadina pada 2002. Dia mulai mengajukan cuti kuliah pada 2005. Adapun Rektor Nurcholish Madjid meninggal pada 29 Agustus 2005. Kemudian, penjabat rektor Universitas Paramadina diemban Sohibul Iman, PhD.

Kemudian, Anies Rasyid Baswedan menjadi rektor Universitas Paramadina pada 2007 sampai 2015, dan berhenti setelah ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Karena tidak aktif sampai tujuh tahun, Giring akhirnya dikeluarkan (drop out) pada semester ganjil 2011. Informasi tersebut dapat diakses di laman pddikti.kemdikbud.go.id.

Giring mengaku, memang tidak meneruskan kuliah karena lebih fokus untuk barkarier di dunia musik. "Saya Giring, saya bangga pernah kuliah di Universitas Paramadina. Setelah berjalan beberapa semester, ternyata saya dihadapkan pad dua pilihan, melanjutkan kuliah atau membangun karier di industri musik, kemudian saya memilih untuk membangun mimpi saya di karier industri musik," kata kandidat calon presiden 2024 tersebut.

Giring mengaku, lebih memilih untuk mencari nafkah dengan mengembangkan band Nidji daripada kuliah agar bisa hidup tidak tergantung sang ibu, yang sudah berstatus single parent sejak 1998. Karena itu, ia membantah jika status DO dari Universitas Paramadina dilakukan oleh Anies.

"Jadi ketika mas Anies jadi rektor, saya sudah tak aktif lagi di kampus, dan saya fokus membangun Nidji waktu itu. Alhamdulillah Nidji menjadi salah satu band terkemuka di Indonesia, lagu kami diterima dan secara fisansisal kami mendapat rezeki yang lumayan, saya berangkat haji ke Makkah bersama ibu," kata Giring.

Sebelumnya,  Direktur Akademik Universitas Paramadina Aris Subagjo menjelaskan, jika Giring berstatus DO dua kali dari kampus. Setelah DO pertama, sambung dia, Giring mendaftar ulang sebagai mahasiswa pada 2017. Namun, karena tidak aktif maka pada 2021, akhirnya dikeluarkan lagi dari Universitas Paramadina.

"DO pertama dan kedua Giring karena ia tidak aktif di beberapa semester. Mungkin yang DO pertama dia sibuk band. Tapi untuk alasan pribadinya saya tidak pernah tahu. Yang jelas tercatat di universitas ia tidak aktif selama beberapa semester berturut-turut," ujar Aris.

Sementara itu, Juru Bicara PSI Ariyo Bimmo enggan menanggapi status pendidikan formal bosnya di Universitas Paramadina. "Soal itu bukan wilayah kami untuk menjawab," kata Ariyo di Jakarta, Selasa (28/12). Ariyo mempersilakan publik untuk memeriksa sendiri soal status pendidikan Giring melalui laman ppdikti.kemdikbud.go.id.

Dia mempertanyakan soal isu status pendidikan Giring menjadi perbincangan publik. Pasalnya, seharusnya publik melihat penyampaian kritik dalam pidato yang dibawa oleh Giring. "Saya juga melihat screen shoot-nya yang ditampilkan di media sosial. Tapi ya, silakan dicek," ujar Ariyo.

Dia balik menggugat pihak tertentu yang mencoba membusukkan Giring, setelah melontarkan kritik tentang pecatan Presiden Jokowi yang ingin maju di Pilpres 2024, yang diasosiasikan kepada Anies. "Saya heran, mestinya bukan sisi pribadi atau kekurangan diri Giring yang dibedahkan, tetapi apa yang ia sampaikan. Ini menyerang orangnya, padahal apa yang disampaikan itu tidak terbantahkan sampai sekarang, bahwa tahun 2024 nanti kita harus dipimpin oleh orang yang toleran," kata Ariyo menegaskan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Giring Ganesha (@giring)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement