Keberhasilan program milik Arky ini telah membantu Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam mengurangi sampah di daerah tersebut. Pemda turut memberikan dukungan berupa tempat untuk mengolah bubur sampah dan angkutan yakni truk sampah yang dapat digunakan di TPST. Saat ini, program budidaya maggot yang dikelola oleh PT Green Prosa ini berhasil mengurangi setidaknya 12 ton sampah organik dari 5.800 rumah dan 72 instansi di Kecamatan Sumbang dan Sokaraja setiap harinya.
"Yang kami habiskan itu 12 ton sampah. Kami ada 32 mitra dan mereka menghabiskan 30-40 ton sampah per hari dari 8.000 rumah," ungkap lulusan Teknik Geodesi ITB ini.
Target Bebas Sampah Banyumas
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas optimistis, dengan budidaya maggot ini dapat membantu Banyumas menuju target zero waste atau bebas sampah di Maret 2022. Kepala DLH Banyumas Junaidi mengatakan, untuk menuju zero waste, DLH tengah menyiapkan berbagai alat untuk mesin pengolahan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah berbasis lingkungan dan edukasi (TPA BLE) yang saat ini tengah dibangun.
Ia memaparkan, sampai hari ini sampah yang dibuang di TPA sementara itu sebanyak 32 dump truck (DT) setiap hari. Dari kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang mengelola sampah, sampah-sampah tersebut dibuang di junil atau pembuangan sementara, karena saat ini Banyumas belum mempunyai tempat pembuangan akhir (TPA).
"Harapan kami karena TPA BLE yang sedang dibangun itu, kapasitasnya 20 DT dapat diproses disitu habis jadi abu. Jadi kami masih punya tugas mengurangi sampah-sampah yang ada di KSM 10 DT setiap hari sampe Maret 2022," jelas Junaidi.
Baca juga : Ini Lima Favorit Tempat Wisata di Kota Bogor
Tidak hanya untuk mengurangi sampah, ia berharap budidaya maggot terus bertambah. Apalagi dengan komposisi sampah organik dan anorganik adalah 50:50, dan sampah akan terus ada setiap harinya, ini menjadi sangat potensial untuk mengembangkan bisnis maggot.
"Karena maggot juga bisa jadi pakan ikan, bukan hanya untuk mengurai sampah," ujar Junaidi.
Memperluas Manfaat
Budidaya maggot dianggap sukses dalam mengurangi sampah organik juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Menurut Arky, banyak orang-orang yang kehilangan pekerjaan beralih membudidayakan maggot, sehingga saat ini mitra yang melakukan pembudidayaan maggot telah mencapai 32 mitra. Tidak hanya digunakan untuk mengurai sampah organik menjadi pupuk, maggot ini juga dijual sebagai pakan ikan.
"Dampak positifnya mmembantu lebih dari 20 ribu orang, dan berdampak langsung secara ekonomi pada sekitar 200 orang," ujar Arky.
Untuk mengembangkan budidaya maggot di mitra-mitranya, Arky juga mencari pendanaan dari pihak swasta. PT Green Prosa juga membantu mitra dengan membeli maggot dan pupuk organik mereka untuk kemudian didistribusi ke pasar.
Baca juga : Inilah Dampak Kurang Tidur Bagi Tubuh Anda