Jumat 26 Nov 2021 13:37 WIB

Satgas Covid: Indonesia Harus Belajar dari India-Argentina

Di Argentina dan India kasus belum naik setelah enam bulan pascapuncak kasus

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Ketua Satuan Tugas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia Prof Zubairi Djoerban memandang Indonesia perlu belajar dari negara seperti India dan Argentina. Namun, menurutnya kondisi Indonesia lebih baik dari kedua negara tersebut. (ilustrasi)
Foto: Dok pribadi
Ketua Satuan Tugas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia Prof Zubairi Djoerban memandang Indonesia perlu belajar dari negara seperti India dan Argentina. Namun, menurutnya kondisi Indonesia lebih baik dari kedua negara tersebut. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat Covid-19 varian delta dan turunannya masih mendominasi di Eropa walau tingkat vaksinasi sudah tinggi. Hal ini terlihat dari beberapa data yang diperoleh Kemenkes.

Namun, di dua negara yang sempat diserang varian delta dan turunannya, Argentina dan India, kasus belum naik kembali setelah enam bulan sejak puncak kasus. Ada delapan negara dengan populasi lebih dari 20 juta yang telah melewati puncak Delta dan kini menjadi kasus rendah yakni India, Argentina, Colombia, Afrika Selatan, Indonesia, Moroko, Jepang, dan Sri Lanka.

Baca Juga

Ketua Satuan Tugas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia Prof Zubairi Djoerban memandang Indonesia perlu belajar dari negara seperti India dan Argentina. Namun, menurutnya kondisi Indonesia lebih baik dari kedua negara tersebut.

Salah satu hal yang bisa ditiru dari India, menurut Zubairi adalah saat varian Delta di Inggris sedang tinggi, pemerintah secara tegas menetapkan karantina 10 hari bagi para pelaku perjalanan dari Inggris

"Tips yang bisa dipakai, pas Delta di Inggris, India buat karantina khusus orang yang lakukan perjalanan Inggris ke India dengan karantina 10 hari.Tanpa memandang vaksin, India memandang karena banyak kasus di Inggris," tutur Zubairi kepada Republika, Kamis (25/11) lalu.

Sementara Argentina, menurut Zubairi sejak awal, pada Maret 2020 sudah langsung melakukan lockdown dan diperpanjang hingga 4 bulan. Kemudian, saat gelombang kedua mulai menyerang pun, Argentina kembali melakukan lockdown.

"Sudah dua kali lockdown. Vaksin pun cepat di sana, 70 persen sudah mendapatkan vaksin per Oktober. Makanya berani buat aturan nggak pake masker. Tapi ini belum bisa ditiru di Indonesia (membuka masker), belum waktunya," tegas Zubairi.

Namun, untuk jumlah kasus menurut Zubairi kedua negara tersebut masih jauh dari Indonesi. Per Rabu (24/11) penambahan kasus sebanyak 2.234 sementara di India sebanyak 5.886. "Jadi tetap Indonesia lebih baik," kata dia.

Ihwal strategi yang diterapkan Indonesia, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengungkapkan, dalam mempertahankan tren kasus rendah adalah dengan memperketat protokol kesehatan.

"Kalau Indonesia strateginya jelas, saat kasus melandai dan aktifitas mulai dibuka, kita justru memperketat prokes, meningkatkan testing dan tracing. Yah Indonesia kan level 1, ya kita yang jadi best practice," ujar Sonny kepada Republika, Kamis (25/11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement