Rabu 03 Nov 2021 11:44 WIB

Waswas Libur Nataru, Pemerintah Memilih Pembatasan Wisata

Pemerintah was-was dengan potensi terjadinya gelombang tiga yang dipicu libur Nataru.

Wisatawan berjalan-jalan di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Selasa (2/11). Pemkot Yogyakarta melakukan pembatasan durasi kunjung di objek wisata Malioboro. Wisatawan yang berkunjung diimbau untuk membatasi durasi selama dua jam dan parkir selama tiga jam. Hal ini dilakukan untuk mengontrol jumlah pengunjung di Malioboro. Malioboro masih menjadi favorit kunjungan wisatawan saat senja hingga malam.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Wisatawan berjalan-jalan di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Selasa (2/11). Pemkot Yogyakarta melakukan pembatasan durasi kunjung di objek wisata Malioboro. Wisatawan yang berkunjung diimbau untuk membatasi durasi selama dua jam dan parkir selama tiga jam. Hal ini dilakukan untuk mengontrol jumlah pengunjung di Malioboro. Malioboro masih menjadi favorit kunjungan wisatawan saat senja hingga malam.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fauziah Mursid, Dian Fath Risalah, Rizky Suryarandika

Melandainya kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir tidak berarti Indonesia sepenuhnya bebas dari pandemi. Sebaliknya, pemerintah tampaknya was-was dengan potensi terjadinya gelombang tiga yang dipicu libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendatang.

Baca Juga

Data empiris menunjukkan terjadinya kenaikan kasus Covid-19 setiap usai momen liburan. Tidak ingin gelombang tiga terjadi, sejumlah langkah disiapkan pemerintah, di antaranya membatasi lokasi wisata. Sampai saat ini, teknis pembatasannya belum diumumkan secara detail.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta agar tempat-tempat tujuan wisata dibuka terbatas pada periode libur Nataru. Ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan mobilitas masyarakat di periode libur tersebut.

"Pastikan tempat-tempat tujuan wisata dibuka terbatas pada periode Nataru dan telah membentuk satgas protokol kesehatan 3M di fasilitas publik," ujar Wiku dalam konferensi pers secara daring, Selasa (2/11).

Wiku mengatakan, menjelang periode Nataru kebijakan akan terus disesuaikan dengan perkembangan kasus terkini dan kondisi di lapangan. Penyesuaian mencakup pergerakan orang di berbagai lokasi, seperti lokasi wisata, pertokoan, dan tempat peribadatan.

Dalam Rapat Terbatas Evaluasi PPKM yang dipimpin Wakil Presiden Ma'ruf Amin, pemerintah mengingatkan semua pihak untuk mengantisipasi lonjakan mobilitas masyarakat menjelang libur Nataru. Wapres meminta kewaspadaan agar pergerakan masyarakat yang tinggi saat libur Nataru ini tidak menjadi titik lonjakan gelombang baru di Indonesia.

“Kita juga tetap mewaspadai perlunya antisipasi masa liburan yang cukup panjang, sehubungan dengan Natal dan Tahun Baru," kata Wapres.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mendapat arahan khusus dari Presiden Jokowi menangani pengendalian Covid-19 di libur Nataru. Dia mengatakan, pembaruan aturan-aturan sangat diperlukan untuk mencegah penularan Covid-19 di momen ini.

“Beberapa aturan tersebut di antaranya mengenai pergerakan orang, lokasi wisata, pertokoan, dan lainnya. Langkah itu tetap diperkuat dengan vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan (prokes) dan 3T (testing, tracing, treatment),” ujarnya.

Dia pun menekankan Bali agar dapat menjadi perhatian khusus. Selain kerap menjadi salah satu lokasi tujuan wisata saat libur Nataru, pada bulan Maret, Mei, dan sepanjang tahun 2022 mendatang juga akan ada acara-acara besar berskala internasional di Bali yang mengundang banyak pimpinan negara sahabat.

 

Tiga kunci

Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kemungkinan terjadinya gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Tanah Air memang harus diantisipasi. Ia menyarankan agar pemerintah memperketat kedatangan dari luar negeri.

Tjandra mengatakan, kekhawatiran mengenai gelombang ketiga pandemi pada akhir tahun ini merupakan hal yang lumrah. Sebab ada faktor yang mendasarinya di antaranya mobilitas penduduk dan dibukanya pintu kedatangan dari luar negeri.

"Bagaimana kita mengendalikan pintu masuk negara dalam antisipasi kemungkinan peningkatan kasus dari mereka yang datang dari luar negeri," kata Prof Tjandra.

Prof Tjandra menyinggung beberapa hal yang turut menentukan dan menjadi kunci seberapa tinggi kasus Covid-19 pada akhir tahun ini. Pertama, seberapa patuh masyarakat terhadap protokol kesehatan (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak). Kedua, seberapa ketat kebijakan PPKM oleh pemerintah sesuai derajat yang ada.

"Ketiga, sebaik apa kita memantau data perkembangan kasus dari waktu ke waktu, dan kalau ada kenaikan maka seberapa ketat pembatasan sosial diberlakukan," ujar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu.

Prof Tjandra juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap kehadiran varian baru Covid-19. Sebagai langkah antisipasi, ia merekomendasikan penguatan whole genome sequencing atau hasil pengurutan genom.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement