Selasa 26 Oct 2021 05:01 WIB

Peluru 2024 untuk Anies Baswedan

Upaya menggerus kepercayaan terhadap Anies terus digalang.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan.
Foto:

Oleh : Mas Alamil Huda, Jurnalis Republika

PDIP sebagai oposisi utama di DKI Jakarta terus memborbardir Anies dengan berbagai isu, dari banjir hingga Formula E. Partai banteng bergandeng tangan bersama PSI mengajukan interpelasi, meski kemudian gagal tak cukup syarat. Tetapi bahwa PDIP dan PSI sebagai partai pendukung pemerintahan Jokowi terus berupaya menggerus kepercayaan publik terhadap Anies di level DKI, itu kenyataan yang sulit ditutupi.

Fakta-fakta itulah yang semakin memperkuat persepsi publik terhadap Anies sebagai tokoh yang ‘berbeda’ dengan pemerintah saat ini. Pasti akan ada untung rugi bagi Anies dengan positioning seperti ini. Tetapi jangan pernah lupa, Anies adalah salah satu tokoh politik yang pandai betul memanfaatkan momentum.

Ketika Pilkada DKI 2017, Anies mampu mengkapitalisasi ketidakpuasan masyarakat terhadap Ahok menjadi suara untuknya. Isu keberpihakan terhadap rakyat kelas bawah, penggusuran, hingga reklamasi, terus diulang-ulang dalam setiap kesempatan. Anies-Sandi mengambil sikap berseberangan dengan pejawat di isu-isu itu.

Keberanian mengambil posisi secara diametral inilah yang menjadi salah satu pengerek suara mereka. Anies-Sandi lolos ke putaran kedua, AHY-Silvy pun tersingkir. Dan di putaran kedua ini, jika kita memperhatikan, Anies-Sandi lebih ‘santai’ ketika head to head dengan Ahok-Djarot.

Situasi bisa saja sama terjadi pada pilpres nanti. Celah-celah di pemerintahan Jokowi sangat mungkin dieksploitasi Anies. Sekali lagi, persepsi publik bahwa Anies sebagai antitesis pemerintahan saat ini, bisa menjadi pijakan yang menguntungkan secara elektoral.

Kita ambil satu contoh saja ‘kekurangan’ yang ada pada pemerintahan saat ini. Sikap gemar melapor para pendukung pemerintah terhadap mereka yang mengkritik adalah poin minus pemerintah saat ini di mata publik. Anies bahkan pernah menyentil dengan mengunggah sebuah potret aktivitas sedang membaca buku ‘How Democracies Die’.

Baca juga : Kecelakaan LRT Diduga Akibat Kelalaian Masinis

Foto itu diunggah Anies tak lama selepas kepulangan Habib Rizieq Shihab di Tanah Air. Anies yang sempat menemui Rizieq akhirnya berbuntut panjang. Dia harus memenuhi panggilan Polda Metro Jaya untuk diperiksa terkait dugaan pelanggaran protokol kesehatan. Lantas, muncul lah foto itu.

Sebaliknya, Anies maupun pendukungnya belum pernah terdengar melaporkan para pengkritiknya. Disebut Giring PSI sebagai pembohong, Anies bergeming. Diberi rapor merah dari LBH Jakarta, dia justru menyediakan Balai Kota sebagai tempat mereka mempublikasikan kritiknya. Ini bisa jadi ‘investasi’.

Pemerintah bisa saja mengatakan ‘kami tidak antikritik’. Tetapi di mata publik, Anies telah selangkah di depan untuk isu ini. Fakta-fakta itu pasti akan menjadi salah satu, ya, salah satu pelor bagi Anies Baswedan untuk berkontestasi di 2024.

Kendaraan politik

Sistem politik di Indonesia mengharuskan capres diusung partai politik atau koalisi partai politik. 20 persen minimal kursi di DPR, atau 25 persen suara hasil pemilu. Parpol sebagai kendaraan pencapresan ini juga satu tantangan Anies. Termasuk juga Ridwan Kamil. Dan bisa jadi Ganjar Pranowo, jika PDIP memaksakan Puan Maharani sebagai capres atau paling tidak cawapres.

Sejauh ini, parpol yang pernah secara terbuka mengungkap keinginannya mengusung Anies adalah.....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement