Selasa 26 Oct 2021 05:01 WIB

Peluru 2024 untuk Anies Baswedan

Upaya menggerus kepercayaan terhadap Anies terus digalang.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan.
Foto: Dok Pemprov DKI
Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan.

Oleh : Mas Alamil Huda, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Anies Baswedan tak akan bisa pernah lepas dari konstelasi hari ini hingga 2024. Suka atau tidak, dia akan menjadi salah satu dari pusaran kekuatan politik dalam konteks pilpres. Kekuatan ini dalam arti ketokohan, figur, elektabilitas, sebagai prasyarat berdiri menjadi calon kontestan.

Secara personal, modal Anies Baswedan hampir lengkap jika sulit untuk bilang sudah siap. Elektabilitasnya sebagai calon presiden selalu muncul bersaing dengan yang lain di berbagai lembaga survei. Namanya selalu berebut tempat dengan beberapa nama di level atas. Jika tren elektabilitas seperti ini terus bertahan menjelang 2024, kemungkinan realistisnya, partai politik akan berkompromi.

Soal gagasan, sudah tuntas. Anies bahkan sudah menyiapkannya sebelum 2014. Kita tentu belum lupa dengan keikutsertaannya sebagai peserta konvensi Partai Demokrat. Retorika yang rapi sebagai manifestasi penyampaian ide jadi ciri khasnya. Kemampuan menarasikan gagasan memang salah satu poin lebih mantan rektor Universitas Paramadina ini.

Anies juga sudah didekralasikan secara ‘resmi’ oleh kelompok relawan yang menamakan Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES). Klaimnya memang tidak diketahui Anies soal deklarasi ini. Spontanitas mereka bilang. Tetapi dalam percaturan politik, setiap langkah tak ada yang kebetulan. Semua direncanakan melalui berbagai kalkulasi dengan variabel yang menyertai. Termasuk untung rugi secara opini.

Analisis peristiwa ini beragam. Ada yang bilang hanya test the water, menjaga elektabilitas karena akan terus diperpincangkan, hingga upaya mengetuk pintu partai politik dengan secara tidak langsung menyatakan ‘saya siap dicalonkan’. Semuanya bisa benar. Karena setiap kemungkinan dalam politik tidak akan pernah ada yang bisa menegasikan satu dan yang lain secara mutlak.

Baca juga : Luhut Ungkap Modus Pelanggaran PeduliLindungi

Antitesis pemerintah

Yang menjadi pembeda antara Anies dan tokoh dengan elektabilitas di papan atas seperti Ridwan Kamil maupun Ganjar Pranowo, adalah terkait positioning-nya. Jika mereka bertiga mewarnai kontestasi politik di 2024, Anies punya diferensiasi. Salah satu think tank sekaligus juru kampanye Jokowi-Jusuf Kalla pada pilpres 2014 ini dipersepsikan secara kuat sebagai antitesis dari pemerintah saat ini.

Lahirnya Anies sebagai gubernur DKI Jakarta akan selalu dikaitkan dengan peristiwa besar aksi 212 di Ibu Kota. Anies-Sandi adalah pemenang dari gabungan gemuruh kontestasi pilkada DKI dan peristiwa itu. Semuanya berkelindan, meski secara normatif bisa saja dipisahkan. Tapi di lapangan, akan sulit diterima jika kita mengatakan itu tidak berkaitan.

PDIP sebagai oposisi utama di DKI Jakarta terus memborbardir Anies dengan berbagai isu, dari.....

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement