Rabu 13 Oct 2021 00:04 WIB

Nasgor Rasa Integritas, Harapan Rehabilitasi dan Klaim Polri

Sebagian pegawai KPK yang dipecat kini berwirausaha termasuk berjualan nasi goreng.

Sejumlah mantan Penyidik KPK Novel Baswedan (kanan), Juliandi Tigor Simanjuntak (tengah) dan Yudi Purnomo (kiri) saat berfoto bersama di Pondok Melati, Bekasi, Senin (11/10/2021). Juliandi merupakan salah satu dari 58 pegawai yang tidak lulus asesmen Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) untuk menjadi ASN dan saat ini beralih profesi menjadi juru masak.
Foto: ANTARA/Fakhri Herrmansyah
Sejumlah mantan Penyidik KPK Novel Baswedan (kanan), Juliandi Tigor Simanjuntak (tengah) dan Yudi Purnomo (kiri) saat berfoto bersama di Pondok Melati, Bekasi, Senin (11/10/2021). Juliandi merupakan salah satu dari 58 pegawai yang tidak lulus asesmen Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) untuk menjadi ASN dan saat ini beralih profesi menjadi juru masak.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Uji Sukma Medianti, Bambang Noroyono

Berjualan nasi goreng barangkali belum pernah terbersit dalam pikiran Juliandi Tigor Simanjuntak sepanjang hidupnya. Alasannya, selama ini Tigor mengabdikan diri sebagai pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di bagian fungsional Biro Hukum, sampai akhirnya 'disingkirkan' lewat tes wawasan kebangsaan (TWK).

Baca Juga

Karier Tigor di KPK bisa dibilang panjang. Ia bergabung di lembaga antirasuah sejak 13 tahun yang lalu. Dalam benaknya kini, masih tersisa kekecewaan atas TWK yang diyakininya mengada-ada.

"Manusia pasti kecewa, tapi saya yakin ini akan indah pada waktunya, kalau saya jalanin aja. Harus move on," kata Tigor saat ditemui di warung nasi gorengnya di pinggir Jalan Raya Hankam, Kelurahan Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi, Senin (11/10) malam.

Sejak keputusan pemberhentian diterbitkan pimpinan KPK pada 30 September lalu, Tigor tak punya banyak kegiatan. Waktunya ia habiskan untuk membaca buku.

Bermodal Youtube, ia kemudian mencoba mengulik resep nasi goreng dan menjajal peruntungan untuk berjualan.

“Kita diproyeksikan bulan Oktober sudah diputus pekerjaan kita. Artinya saya berusaha ya mencari solusi gitu dalam konteks itu,” terang Tigor.

Tigor memilih usaha nasi goreng rempah lantaran tidak sulit untuk membuatnya. Selain itu, nasi goreng rempah dinilai memiliki cita rasa yang berbeda dari nasi goreng lain.

Belum genap satu bulan Tigor membuka usaha nasi goreng ini. Namun, kini ia sudah menerima pesanan 20 hingga 30 porsi per harinya.

“Kalau bicara customer paling di hari Sabtu-Minggu, kalau di hari biasa sih engga. Tapi kalau di Sabtu-Minggu lumayan lah, bisa 20 hingga 30 porsi,” terang dia.

Pada malam Republika datang ke warung nasi goreng milik Tigor, turut berkunjung mantan penyidik senior KPK, Novel Baswedan. Ia membawa istri dan juga anak-anaknya dari kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Novel datang untuk mencicipi nasi goreng buatan rekan kerjanya itu.

“Saya ikut memberikan support, apa pun yang kita lakukan dalam koridor menjaga integritas dalam rangka kejujuran, itu hal yang luar biasa," kata Novel di Bekasi.

Novel mengatakan, nasi goreng buatan Tigor memiliki cita rasa. Di luar itu, Tigor merupakan ahli hukum yang telah teruji kemampuannya baik di jenjang nasional maupun internasional.

Lebih penting dari itu, Novel mengatakan, Tigor membuat nasi goreng dengan hati, dengan integritas, bukan dengan pencitraan.

“Paling penting adalah, Bang Tigor buat nasi goreng dengan hati, dengan integritas, bukan dengan pencitraan itu yang paling penting,” terang dia.

In Picture: Juliandi, Mantan Penyidik KPK Menjadi Jualan Nasi Goreng

photo
Mantan Penyidik KPK Juliandi Tigor Simanjuntak memasak nasi goreng di warung wilayah Pondok Melati, Bekasi, Senin (11/10/2021). Juliandi merupakan salah satu dari 58 pegawai yang tidak lulus asesmen Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) untuk menjadi ASN dan beralih menjadi juru masak. - (ANTARA/Fakhri Hermansyah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement