Ia mengatakan partai lain di luar ketiga partai ini tentu akan kesulitan karena perolehan suara partai mereka kecil, dan elektabilitas ketum tidak signifikan.
Ia mencontohkan ketua Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang tidak terlampau signifikan suaranya, hanya di kisaran angka 5 persen. Angka ini berbeda jauh dengan ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Airlangga boleh kecil elektabilitasnya, tapi partainya besar, artinya ada bargaining position. AHY serba tanggung, partainya juga tidak sampai dua digit, bargainnya itu tidak VIP, tapi kalau Golkar, PDIP, Gerindra, itu bargainnya VIP," tmbahnya.
Prayitno mengatakan ketiga partai ini terbuka lebar untuk berkoalisi dengan partai lain yang memiliki kursi di parlemen. Pengecualian hanya di PDI-P yang sepertinya sudah "mengharamkan" berkoalisi dengan partai Demokrat dan Partai PKS.
Ia juga mengatakan nama-nama kepala daerah yang populer seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil saat ini dalam kondisi galau. Ketiganya boleh populer dan hebat namun tetap sia-sia jika tidak punya dukungan partai politik.
"Ganjar, Anies, RK bisa masuk untuk jadi cawapres mendongkrak elektabilitas Prabowo dan Airlangga. Karena ketiga partai besar itu pasti mematok kadernya capres," tambahnya.
Prayitno memprediksi pasangan capres dan cawapres akan terbentuk di hari hari terakhir pendaftaran Pilpres 2024. Dua faktor yang memungkinkan itu terjadi adalah dukungan realistis partai menggenapi ambang batas presiden. Kedua adalah mencari pasangan yang bisa menggerek elektabilitas masing-masing capres.