Senin 04 Oct 2021 19:20 WIB

Mencari Sumber Parasetamol di Teluk Jakarta

Besar kemungkinan sumber cemaran parasetamol di Teluk Jakarta berasal dari daratan.

Warga di Pantai Ancol, Jakarta. Konsentrasi parasetamol yang cukup tinggi ditemukan sejumlah wilayah Laut Jakarta. Konsentrasi tertinggi di Muara Angke (610 ng/L) dan muara sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L).
Foto:

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan, Pemprov melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI saat ini sedang melakukan uji lab sampel parasetamol dari Teluk Jakarta. Hasil penelitian tersebut akan diumumkan setelah studi DLH rampung. "Perlu waktu kurang lebih 14 hari terkait dengan adanya parasetamol yang terkontaminasi di Teluk Jakarta itu," kata Riza saat ditemui Republika di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (4/10).

Ditanya dugaan sebab tercemarnya Teluk Jakarta, Riza mengaku belum bisa menyimpulkannya. Kendati demikian, dugaan membuang bahan parasetamol secara sengaja ataupun limbah lainnya, diakui Riza masih memungkinkan.

"Ini harus menjadi perhatian kita agar warga atau pihak institusi manapun tidak membuang sampah apalagi limbah di tempat umum," jelas Riza. 

Mengenai dugaan parasetamol karena penggunaan masyarakat Jakarta, Riza menampiknya. Sebaliknya, dia menduga ada sekelompok orang yang membuang obat-obatan atau berupa limbah ke Teluk Jakarta. "Tentu kita sedang lakukan penelitian ya, nanti dicek juga ya apa unsur kesengajaan atau tidak ya," kata dia.

Dia mengaku akan menyiapkan sanksi perihal pencemar paracetamol di Teluk Jakarta. "Tentunya ada sanksinya ya, ada peraturannya sekali lagi kita tunggu dulu ya hasil penelitiannya," ujar Riza.

Sebagai informasi, kandungan parasetamol yang terkandung di Angke bahkan mencapai 610 nanogram per liter. Sedangkan di Ancol kandungannya mencapai 420 nanogram per liter. "Dan yang paling penting ini menjadi pelajaran kita semua untuk berhati-hati dan lebih waspada," katanya.

Ditanya dugaan awal penyebab pencemaran, pihaknya mengaku belum mengetahui. Jika nantinya ada unsur kesengajaan, lanjut Riza, pihaknya akan melayangkan sanksi nyata. 

"Jadi mari kita jaga lingkungan hidup kita agar ekosistemnya baik terpelihara, karena tidak menyangkut ekosistem laut saja, tapi, juga kehidupan kita bersama," tuturnya.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta telah mengambil sampel air laut di Ancol dan Muara Angke. "Pengambilan sampel ini untuk memastikan apakah pencemaran tersebut masih berlangsung sampai saat ini," kata Kepala Seksi Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan, dalam keterangannya. 

Langkah itu, lanjut Yogi, perlu diambil mengingat sampel pada riset menyoal kandungan tersebut, dilakukan pada 2017-2018 silam. Menurut Yogi, sampel air laut terbaru dari Ancol dan Muara Angke dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk diuji laboratorium selama 14 hari. 

“Pengambilan sampel dilakukan untuk mengetahui apakah pencemaran masih berlangsung, mengindentifikasi sumber pencemarannya, sehingga akan ada langkah yang diambil untuk menghentikan pencemaran tersebut,” ungkap Yogi. 

Dia mengaku, DLH DKI Jakarta memang selalu melakukan pemantauan kualitas air laut enam bulan sekali. Parameter yang digunakan, kata dia, berdasarkan 38 parameter baku yang mutunya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 

Tetapi, diakuinya, parameter kontaminan jenis parasetamol tidak diatur secara spesifik di beleid tersebut. Meski demikian, pihaknya mengaku akan tetap berkomitmen mendalami sumber pencemaran lingkungan tersebut. "Dan mengambil langkah untuk menghentikan pencemaran tersebut," jelas Yogi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement