REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDIP, Putra Nababan, mengenang sosok mertuanya, Sabam Sirait yang wafat pada Rabu (29/9) lalu sebagai sosok yang demokratis. Putra menceritakan, dalam kesehariannya, Sabam selalu menunjukan sifatnya yang demokratis tersebut.
"Ini ada anak pertama saya, anak pertama saya jadi saksi bahwa Pak Sabam Sirait memutuskan kita mau makan di mana ditanyakan semua pihak, bukan hanya voting ya jadi beliau betul sosok yang demokratis," kata Putra di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Ahad (3/10).
Tidak hanya itu, mantan jurnalis televisi itu juga menceritakan bahwa Sabam sosok yang jenaka yang bisa menyelesaikan berbagai macam persoalan dengan humoris dan cair. "Itu yang saat ini kita sangat kehilangan dengan sosok yang bisa hadir tidak selalu tegang-tegang gitu ya tidak harus keras tapi juga bsa menghadirkan solusi dan mencairkan suasana terutama tetap menjaga kebhinekaan di Indonesia itu yang selalu diajarkan kepada kami," ungkapnya.
Mewakil keluarga dirinya mengucapkan terima kasih atas persemayaman jenazah Sabam Sirait yang dilakukan di Kompleks Parlemen Senayan. Menurutnya hal tersebut merupakan sebuah kehormatan bagi keluarga besar.
"Kami bersyukur dan berterimakasih atas persemayaman yang bisa dilakukan di gedung wakil rakyat ini, atas nama MPR, DPR, dan DPD itu adalah tiga lembaga yang pernah beliau menjadi anggotanya dan juga pengalaman beliau menjadi pemimpinan sementara MPR dua tahun lalu, ini adalah suatu kehormatan kepada keluarga kita beliau bisa disemayamkan di sini," ungkap pria yang kini duduk di Komisi X DPR tersebut.
Sabam Sirait lahir di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatra Utara, 13 Oktober 1936. Sabam merupakan merupakan anggota DPD RI periode 2019-2024. Jauh sebelum itu, tercatat Sabam merupakan anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1973, Anggota DPR RI periode 1973-1982, Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983-1993, Anggota DPR RI periode 1992-2009.
Sabam juga pernah menjabat posisi sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo) periode 1963-1967. Pada periode 1967-1973 Sabam menjabat Sekretaris Jenderal Parkindo.
Kemudian Sabam juga merupakan tokoh yang ikut menandatangani Deklarasi Pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), tanggal 10 Januari 1973. Dirinya juga merupakan Sekretaris Jenderal PDI tiga periode: periode 1973-1976, periode 1976-1981, dan periode 1981-1986.
Sabam juga dikenal sebagai pendiri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) pada September 1998. Dirinya juga merupakan Anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI Perjuangan pada 1998-2008.