REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah dan Jaringan Tani Muhammadiyah (Jatam) menggelar Refleksi Hari Tani Nasional. Digelar lewat diskusi publik mengangkat tema Nasib Petani: Jalan Panjang Kedaulatan Pangan.
Diskusi menghadirkan pakar-pakar. Mulai dari Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Arif Satria, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung (Unila), Prof Bustanul Arifin, dan Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi.
Kegiatan yang berlangsung secara daring ini melibatkan perwakilan petani-petani Muhammadiyah se-Indonesia. Dialog dibuka Ketua MPM Muhammadiyah, Dr Nurul Yamin, dan keynote speech disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Dalam paparannya, Haedar menegaskan, Muhammadiyah akan selalu bertindak dan berbuat nyata melakukan usaha-usaha untuk dunia pertanian dan dunia petani. Melalui advokasi atau pemberdayaan yang semuanya mengandung proses pemajuan. "Kita bergerak langsung dengan semangat Al Maun untuk memberdayakan mereka yang termarjinalkan," kata Haedar, Jumat (24/9).
MPM sendiri, kata Haedar, sudah 15 tahun mendampingi petani melakukan langkah-langkah konkrit untuk dunia pertanian dan petani dari hulu ke hilir. Jaringan Tani Muhammadiyah (Jatam) menjadi salah satu produk yang akan terus bergerak. "Ikhtiar ini akan terus kami lakukan secara luas secara masif," ujar Haedar.
Perwakilan Jatam Palu, Imam Muksin, mengaku sangat bersyukur keresahan tentang lumpuhnya pertanian di sana sudah banyak direspons Muhammadiyah. Terutama, usai bencana besar gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu pada 2018 lalu.
Sebagai petani Jatam, ia mengapresiasi respons elemen-elemen Muhammadiyah baik Lazismu, MPM, dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) lainnya. Yang mana, selama ini sudah mendampingi petani-petani Sigi mulai dari sumur artesis dan lain-lain.
"Alhamdulillah, yang tadinya kami sangat kesulitan untuk bertani karena semua irigasi yang ada di Sulteng lumpuh total, langsung ada respons, sehingga tenaga kami bertambah untuk bisa bertani dan masyarakat yang menikmati sangat banyak," kata Imam.
Perwakilan Jatam Sidrap, Hafid Mekka mengungkapkan, di Sidrap harga pupuk sering naik, sedangkan subsidi pupuk sering dikurangi. Selain itu, pasokan pupuk sering kali terkendala, yang membuat petani-petani sering gagal panen.
Ia berharap, pemerintah mampu meningkatkan hasil pertanian dan mendorong bio teknologi yang mampu tingkatkan hasil pertanian. Di Sidrap, kata Hafid, mereka sebenarnya sudah bisa melakukan inovasi-inovasi memanfaatkan sumber daya.
Namun, selama ini selalu terkendala izin produksi yang sangat tinggi dan jelas petani-petani tidak mampu membayar. Karenanya, ia berharap, ada solusi dari pemerintah agar inovasi-inovasi yang ada mampu dimanfaatkan secara maksimal.
"Saya mengapresiasi MPM Muhammadiyah dengan pendampingannya sebelumnya hanya 17 karung hasilnya, sekarang sudah bisa mencapai 44 karung dan dengan pendampingan ini mudah-mudahan semua petani di Sidrap bisa bergabung ke Jatam," ujar Hafid.