Rabu 22 Sep 2021 16:17 WIB

Cegah Gelombang Ketiga Covid-19, Ini Saran Satgas

Indonesia telah mengalami dua kali lonjakan kasus Covid-19 pada Januari dan Juli.

Indonesia menghadapi ancaman gelombang ketiga Covid-19 (ilustrasi).
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Indonesia menghadapi ancaman gelombang ketiga Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, mengingatkan pentingnya belajar dari pengalaman penanganan Covid-19. Hal ini berguna untuk mencegah potensi lonjakan ketiga di Indonesia.

"Indonesia saat ini telah mengalami dua kali lonjakan yang terjadi pada Januari dan Juli 2021," kata Wiku melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (22/9).

Wiku mengatakan saat ini dunia tengah mengalami lonjakan ketiga sehingga perlu diwaspadai Indonesia dengan mempelajari pola kenaikan kasus di dalam negeri yang cenderung lebih lambat dari kenaikan kasus dunia. "Pada pola gelombang kedua di mana terdapat jeda tiga bulan, perlu kita antisipasi mengingat dalam tiga bulan ke depan ini kita akan memasuki periode libur Natal dan Tahun Baru 2022," kata dia.

Wiku mengatakan lonjakan kasus di Indonesia pada Juli 2021 lebih disebabkan faktor internal dan bukan karena naiknya kasus global ataupun datang dari negara-negara lain. Beberapa faktor internal penyebab kenaikan kasus dan penyebaran virus adalah meningkatnya mobilitas dalam negeri, dan aktivitas sosial masyarakat yang terjadi bersamaan dengan periode mudik Idul Fitri dan sikap abai masyarakat terhadap protokol kesehatan.

Wiku menjelaskan lonjakan pertama di Indonesia terjadi pada Januari 2021 yang merupakan dampak libur Natal dan Tahun Baru 2021 yang bersamaan dengan lonjakan pertama dunia. "Namun pada lonjakan kedua, dunia mengalaminya lebih cepat yaitu pada April 2021," ujar Wiku.

Pada saat terjadi lonjakan kedua kasus di dunia, kata Wiku, Indonesia sedang di titik terendah kasus mingguan. Sebaliknya, saat Indonesia kasusnya meningkat pada Juli, dunia kasusnya menurun dan meningkat lagi hingga mencapai lonjakan ketiga.

Wiku menyebut, dari perbandingan pola lonjakan, dapat diambil pelajaran bahwa lonjakan Indonesia pada Juli lalu nyatanya tidak berkontribusi signifikan terhadap kasus dunia. Mengingat pada waktu yang sama, dunia sedang mengalami penurunan, pun sebaliknya lonjakan kasus di tingkat global dan beberapa negara tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan kasus di Indonesia.

"Hal ini dapat terjadi melalui upaya ketat dalam penjagaan batas negara. Sehingga importasi kasus dari negara-negara yang sedang mengalami lonjakan dapat ditekan seminimal mungkin," kata Wiku.

Dia berpesan agar masyarakat Indonesia harus semakin tangguh dalam menghadapi Covid-19. "Perlu dipahami bahwa mobilitas penduduk dan masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan, menjadi penyumbang terbesar terjadinya lonjakan kasus," kata dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement