REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengingatkan masyarakat tidak lengah serta lebih memerhatikan varian baru Mu untuk mencegah lonjakan kasus kembali. Strain Mu, juga disebut B.1.621, telah terdaftar sebagai variant of interest pada 30 Agustus 2021.
Varian Mu pertama kali terekam catatan medis di Kolombia pada Januari 2021. Di sana, mu bertanggung jawab atas 852 kasus, menurut inisiatif pelacakan COVID GISAID. Menurut data dari GISAID, strain telah terdeteksi di setidaknya 40 negara dan di 49 negara bagian di seluruh AS.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengatakan Covid-19 varian Mu belum terdeteksi di Indonesia. "Kami sudah melakukan genom sekuenaing terhadap 7.000-an orang di seluruh Indonesia dan belum terdeteksi adanya varian Mu," ujar Dante , Senin (6/9) malam.
Menurut dia Covid-19 varian Mu terjadi di Kolombia, secara laboratorium varian Mu mempunyai resistensi terhadap vaksin. "Tapi itu dalam konteks laboratorium, tidak dalam konteks epidemiologis," kata Dante.
Menurut Dante berujar semakin lama pandemi berlangsung dan kasus berkembang, virus akan terus melakukan mutasi dan modifikasi. Ia berharap varian Mu abortif seperti juga varian Lambda yang terjadi beberapa waktu yang lalu di Peru.
"Varian Delta baru saja kita alami, sekarang sudah ada varian Mu. Mudah-mudahan ini akan abortif, seperti juga varian Lambda beberapa waktu yang lalu di Peru," ucapnya.
Untuk mencegah masuknya varian Mu ke Indonesia, epidimiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mengatakan, salah satu hal perlu dilakukan pengendalian transportasi di simpul-simpul transportasi yang melayani rute-rute internasional, yakni di bandara internasional maupun pelabuhan internasional.
"Di setiap pintu masuk perlintasan internasional menutup atau tidak memperbolehkan negara yang terdeteksi adanya varian Mu bisa masuk ke Indonesia," kata Miko saat dihubungi, Selasa (7/9).
Dikonfirmasi terpisah Guru Besar dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, upaya meminimalisir masuknya varian Mu adalah dengan menjaga perbatasan perlintasan internasional.
"Itu adalah cara meminimalkan varian baru masuk ke Indonesia," ujarnya.
Karena, sambung Ari, masyarakat Indonesia masih belum begitu sadar dalam menjalankan protokol kesehatan. Meskipun, saat ini memang kasus Covid-19 di Indonesia cenderung turun, juga tingkat hunian di rumah sakit.
”Tetapi, jangan sampai euforia. Kita harus belajar dari negara lain yang sudah divaksin dan lepas masker, tetapi kasusnya naik kembali,” ucapnya.
Terlebih, Masyarakat Indonesia seringkali abai prokes setiap adanya libur panjang. Ia pun mengingatkan agar selalu belajar dari kesalahan strategi penanganan sebelumnya yang melonggarkan aturan. Menurutnya, Indonesia bahkan sudah kecolongan dua kali sehingga masuk varian Alfa dan Delta.
"Ketika ada libur panjang masyarakat tidak konsisten prokes, prinsipnya penyakit ini kan karena droplet, prokes yang ketat," tegasnya.
Sementara, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengungkapkan masa krisis pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Ia mengusulkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dilanjutkan.
Dicky mengatakan, varian baru yang terus bermunculan memang sudah diperdiksi sejak awal. Masyarakat, tegas Dicky, tidak boleh abai dalam hal penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas (5M).
"Gelombang ketiga itu menjadi suatu ancaman yang nyata dan besar kalau kita tidak disiplin 3 T dan 5 M dan percepat vaksinasi, strategi setiap varian tidak berubah," ujarnya.