REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Mursalin Yasland, Dessy Suciati Saputri
Kurva penularan Covid-19 di Indonesia saat ini memang tengah mengalami penurunan. Namun sayangnya, penurunan jumlah kasus baru Covid-19 juga dibarengi dengan turunnya jumlah spesimen testing yang diperiksa.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, pemeriksaan spesimen yang menurun justru mengkhawatirkan. Ia menilai, kapasitas pengetesan atau testing Covid-19 di Indonesia selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih rendah yang tercermin dari tingginya angka positivity rate yang belum mencapai target, yakni di bawah 10 persen.
"Kita belum mencapai positivity rate yang di bawah 10 persen seperti yang ditargetkan, dan itu tentu amat sangat disayangkan. Karena apa, karena yang ditargetkan kapasitas testing-nya pun tidak terpenuhi, selama hampir lebih sebulan belakangan ini," kata Dicky kepada Republika, Jumat (3/9).
Komitmen 3T (testing, tracing, dan treatment) masyarakat juga masih dinilai rendah sejak awal pandemi. Meskipun, sudah ada progresnya, dalam sisi jumlah dan kualitas, tapi utilitas sumber daya manusia serta kelengkapan alat dan penyebarannya masih lemah.
Selain itu, komitmen dan konsistensi dan paradigma yang masih dianut pemimpin daerah bila menemukan kasus infeksi menjadi wanprestasi, menjadikannya kendala besar. Pemahaman ini, bahkan menempatkan kerawanan di masyarakat.
Padahal, kata Dicky, testing Covid-19 sangat penting dilakukan untuk memetakan sejumlah indikator seperti positivity rate; kualitas testing, tracing, dan treatment; serta laju penyebaran Covid-19. Banyaknya kasus infeksi Covid-19 di masyarakat yang tidak terdeteksi dapat berdampak pada semakin bertambahnya kasus-kasus baru karena mereka yang terinfeksi tidak diisolasi atau dikarantina.
"Sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi, menyebabkan gelombang ketiga memunculkan varian baru, kita sekarang ini kondisi tidak aman. Penurunan saat ini basis argumentasinya sangat lemah," tegasnya.
"Ini mengkhawatirkan. Ini yang membuat kita rawan," tambahnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengakui, penurunan jumlah testing terjadi karena kasus ikut menurun.
"Kalau kasus menurun, testing juga cenderung menurun," kata Nadia.
"Kalau kita lihat adalah rata-rata per minggu ya, jadi belum bisa dipastikan menurun. Kita lihat dalam 7 hari ke depan," sambungnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut kasus harian Covid-19 pada Sabtu, Ahad, hingga Senin selalu lebih rendah karena sejumlah laboratorium yang melakukan pemeriksaan spesimen libur. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 19 mengumumkam kasus positif Covid-19 di Indonesia kembali menurun sebanyak 7.797 orang pada Jumat (3/9), sehingga total kasus menembus 4.116.890 orang.
Dari jumlah itu, ada tambahan 574 orang meninggal sehingga total menjadi 134.390 jiwa meninggal dunia. Kemudian, ada tambahan 15.544 orang yang sembuh sehingga total menjadi 3.813.643 orang lainnya dinyatakan sembuh.
Sementara kasus aktif turun 8.321 menjadi 168.317 orang, dengan jumlah suspek mencapai 256.777 orang.Angka tersebut didapatkan dari hasil pemeriksaan 209.289 spesimen dari 128.343 orang yang diperiksa hari ini.
Total spesimen yang sudah diperiksa sejak kasus pertama covid-19 hingga hari ini adalah 32.833.137 spesimen. Tercatat sudah 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota yang terinfeksi virus Covid-19.