Senin 30 Aug 2021 20:04 WIB

Wapres: Banyak Provinsi Belum Sentuh Limbah Covid-19

Penanganan limbah medis infeksius Covid-19 penting dalam upaya mengatasi pandemi

Rep: fauziah mursid/ Red: Hiru Muhammad
Petugas memindahkan kantong yang berisi limbah medis yang berbahan berbahaya dan beracun (B3) ke dalam truk di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (17/8/2021). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan perlunya tindakan yang cepat dan tepat terkait pengelolaan limbah medis COVID-19 yang mencakup Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang pada Juli 2021 terdapat peningkatan mencapai 18 juta ton.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Petugas memindahkan kantong yang berisi limbah medis yang berbahan berbahaya dan beracun (B3) ke dalam truk di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (17/8/2021). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan perlunya tindakan yang cepat dan tepat terkait pengelolaan limbah medis COVID-19 yang mencakup Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang pada Juli 2021 terdapat peningkatan mencapai 18 juta ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengungkap banyak daerah yang belum memberi perhatian khusus terhadap penanganan limbah medis infeksius Covid-19. Padahal Wapres menilai penanganan limbah medis infeksius Covid-19 penting dalam upaya mengatasi pandemi Covid-19.

"Hasil pertemuan saya dengan beberapa provinsi, itu memang banyak provinsi yang belum menyentuh masalah limbah ini, padahal semakin hari limbah ini semakin besar," ujar Wapres melalui siaran pers resmi usai menerima audiensi jajaran pengurus APII, Senin (30/8).

Ia menambahkan, limbah medis infeksius Covid-19, selain tergolong limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), juga berpotensi menjadi sumber penularan Covid-19.

Untuk itu, Wapres mengapresisasi inisiatif Asosiasi Produsen Insinerator Indonesia (APII) yang berencana membantu pemerintah mempercepat penanganan limbah medis infeksius Covid-19.

"Saya menyambut baik inisiatif APII untuk membantu mempercepat proses penanganan limbah B3 yang memang sekarang sedang diperlukan. Karena pemerintah sedang mulai menggarap masalah penanganan limbah Covid-19 ini," kata Wapres.

Wapres juga mengapresiasi APII yang ingin membantu mengolah limbah Covid-19 di Tanah Air dengan terus mengembangkan teknologi pengelolaan limbah. Wapres pun berpesan kepada APII agar segera menghubungi berbagai pihak yang terkait untuk merealisasikan inisiatifnya.

Misalnya mengenai masalah kualitas produk insinerator, Wapres meminta APII agar berkonsultasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). "Saya sarankan pertama untuk standar mutu insinerator supaya berkomunikasi atau berkoordinasi dengan KLHK dan BRIN supaya memperoleh standardisasi," katanya.

Selanjutnya, terkait penanganan limbah Covid-19, Wapres meminta APII agar berkoordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 baik di tingkat pusat maupun daerah. "Kemudian untuk membantu pemerintah, kita rekomendasikan supaya berkoordinasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 di tingkat pusat (yakni) BNPB dan juga Satgas di daerah," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua APII Rudy Indra Wardhana melaporkan APII yang merupakan wadah para produsen insinerator di Indonesia ingin membantu pemerintah dalam upaya menangani limbah medis infeksius Covid-19. Ia pun meyakinkan bahwa produk insinerator yang dihasilkan APII dapat mengolah limbah secara efektif dan ramah lingkungan.

"Berkenaan dengan program pemerintah untuk mengatasi limbah Covid-19 yang cukup banyak dan tidak bisa dibuang sembarangan, maka alat insinerator ini sangat efektif karena bisa membakar (limbah) tanpa menimbulkan asap yang mencemari lingkungan," katanya.

Anggota APII Aditya Vilyanto menambahkan, produk insinerator APII dapat dipertanggungjawabkan secara kualitas dan kuantitas karena meskipun buatan dalam negeri tetapi telah mengadopsi teknologi dari beberapa negara lain. "Kami mohon pemerintah dapat mendukung produk dalam negeri. Kita sebagai industri nasional sangat mampu untuk memproduksi mesin insinerator ini," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement