REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor Staf Presiden (KSP) mendukung adanya bantuan transportasi untuk impor bahan baku obat dan obat-obatan guna penanganan Covid-19. Hal ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dan mempercepat distribusi obat-obatan untuk pasien Covid-19.
"Saya sudah memantau dan melihat ada beberapa isu. Mulai dari kelangkaan obat impor, persoalan transportasi karena terbatasnya kargo, dan clearance atau pemeriksaan bea cukai yang butuh waktu lama, tujuh sampai 10 hari," ujar Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam rapat koordinasi secara virtual, Kamis (29/7).
Ia mengaku sudah menyampaikan berbagai permasalahan tersebut dalam rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo. Oleh karena itu pihaknya menggelar rapat koordinasi untuk meminta informasi terkait pengadaan obat-obatan penanganan Covid-19.
"Permasalahan sudah saya sampaikan di rapat terbatas. Untuk transportasi nanti ada dukungan dari TNI, kemudian masalah clearance bea cukai harus dipercepat. Kami butuh informasi detail terkait apa yang mau diimpor, berapa besarnya, dan jenisnya apa saja. Sehingga bisa terakomodasi dengan baik dan segera kita percepat prosesnya," ungkap Moeldoko.
Moeldoko menyatakan bahwa pemerintah telah mendengar dan memantau isu ini sehingga akan memfasilitasi transportasi obat-obatan dan alat kesehatan dari luar negeri. Namun, ia mengingatkan semua pihak untuk tidak memanfaatkan kemudahan ini demi keuntungan pribadi.
"Dengan adanya fasilitas kemudahan ini, silakan manfaatkan dengan sebaiknya karena kita ingin ketersediaan obat segera terpenuhi. Tapi, kemudahaan ini jangan dimanfaatkan kepentingan pribadi. Urusannya dengan saya nanti," katanya.
Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Agusdini Banun Saptaningsih mengatakan hingga saat ini ada beberapa kebutuhan obat dalam penanganan Covid-19.
"Kalau kita lihat saat ini masih ada kebutuhan obat. Contohnya adalah remdesivir, dan intravenous immunoglobulin IVIG. Namun, kami sudah berkoordinasi dengan industri obat dan kedutaan-kedutaan di luar negeri untuk mendapatkan pasokan," ungkap Agusdini
Ia mengungkapkan, untuk stok intravenous immunoglobulin akan dipasok lewat Iran, tetapi proses pengirimannya kemungkinan akhir Agustus. Sementara itu, remdesivir akan didatangkan dari India, Mesir, dan Bangladesh.
"Sebenarnya, rata-rata dari industri farmasi sudah punya jadwal penerbangan dan punya bea cukai."