Rabu 14 Jul 2021 13:59 WIB

'Saat Ini Sulit Lihat Penyebaran Covid-19 di Lingkungan'

Akademisi mendorong masyarakat menerapkan 5M agar terhindar dari Covid-19.

Dosen sekaligus peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Laura Navinka Yamani menilai saat ini sulit mengidentifikasi mereka yang pernah kontak dengan pasien positif Covid-19, dan orang tanpa gejala (OTG), dan bagaimana melihat penyebaran penyakit sudah sejauh apa di lingkungan Anda. (Foto ilustrasi: Sejumlah petugas mengenakan alat pelindung diri berisitirahat)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Dosen sekaligus peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Laura Navinka Yamani menilai saat ini sulit mengidentifikasi mereka yang pernah kontak dengan pasien positif Covid-19, dan orang tanpa gejala (OTG), dan bagaimana melihat penyebaran penyakit sudah sejauh apa di lingkungan Anda. (Foto ilustrasi: Sejumlah petugas mengenakan alat pelindung diri berisitirahat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen sekaligus peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Laura Navinka Yamani menilai, saat ini sulit mengidentifikasi mereka yang pernah kontak dengan pasien positif Covid-19, dan orang tanpa gejala (OTG). Selain itu, sangat sulit melihat bagaimana melihat penyebaran penyakit sudah sejauh apa di lingkungan Anda.

Karena itu, menurut dia, menerapkan protokol kesehatan 5M yakni memakai masker; mencuci tangan; menjaga jarak; menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas, penting demi mencegah Anda terkena Covid-19 suatu hari nanti. "Jadi 5M ini sebagai salah satu upaya juga yang bisa dilakukan untuk mencegah dari paparan atau kemungkinan terpapar dari Covid-19 dari seseorang yang berada di lingkungan kita," ujar dia dalam siaran pers, Rabu (14/7).

Baca Juga

Di sisi lain, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), untuk keperluan diagnostik Covid-19, Anda bisa menjalani tes PCR yang menjadi standar diagnosis penyakit akibat virus corona itu. Sementara rapid test antigen, sebenarnya hanya untuk skrining. 

Dokter spesialis mikrobiologi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Ratna Kusumawati mengatakan, tes ini berbiaya lebih lebih murah tapi tidak digunakan untuk diagnosis. Jenis tes lainnya, yakni rapid test antibodi dan tes serologi yang digunakan untuk survei antibodi dan penelitian epidemiologi. 

Rapid test antibodi bahkan saat ini tidak digunakan dan dianjurkan oleh WHO ataupun CDC untuk diagnostik Covid-19. "Nah, kalau serologi itu untuk menentukan donor plasma konvalesens dan mendukung diagnosis Covid-19 di kondisi tertentu," tutur Ratna.

Dari sisi waktu melakukan tes, ada perbedaan antara ketiganya. PCR bisa dilakukan kapan saja tetapi semakin jauh dari waktu terinfeksi maka risiko false negatifnya meningkat. 

Rapid test antigen dapat dilakukan sebelum bergejala hingga 1-2 minggu pascagejala. Sementara rapid tes antibodi dan tes serologi bisa setelah 8-12 hari pascagejala atau 15-20 hari pascaterinfeksi. Namun, sekali lagi, kedua tes ini hanya untuk kebutuhan khusus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement