Senin 12 Jul 2021 16:41 WIB

Bupati Bekasi Meninggal Setelah Sempat tak Dapat Ruang ICU

Bupati Bekasi alami badai sitokin akibat terpapar Covid-19.

Suasana rumah duka Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja, Senin (12/7).
Foto:

Ketua DPRD Bogor, Atang Trisnanto, mengatakan kepergian selamanya Bupati Bekasi, Eka S Atmadja, yang wafat pada pandemi Covid-19 adalah kehilangan yang sangat besar. Ia menilai Eka adalah sosok bupati yang memiliki peran sentral dalam memimpin penanganan Covid-19 di daerahnya.

"Kami turut berduka cita mendalam atas wafatnya Bupati Bekasi, Bapak Eka Supria Atmadja," kata Trisnanto melalui telepon selulernya, di Bogor, Senin. Menurut dia, pada kondisi pandemi Covid-19 yang berat saat ini, kehilangan sosok bupati adalah kehilangan yang sangat besar bagi warga Kabupaten Bekasi.

"Karena, Bupati memiliki peran sentral dalam memimpin penanganan Covid-19 di daerahnya," katanya. Politikus Partai Keadilan Sejahtera ini juga mendoakan semoga almarhum Atmaja husnul khotimah, diampuni segala kesalahannya, dan diterima seluruh amal baiknya, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran.

Trisnanto juga mendoakan, semoga warga Kabupaten Bekasi dapat segera dipimpin pelaksana tugas bupati sehingga langsung melanjutkan memimpin penanganan Covid-19. "Mari kita berihktiar menjaga protokol kesehatan dan memanjatkan doa terbaik, semoga pandemi bisa segera teratasi," katanya.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, yang sering berkomunikasi dengan Bupati Eka merasa kehilangan atas wafatnya koleganya itu yang terpapar Covid-19. "Saya menyampaikan duka cita dan rasa belasungkawa yang mendalam atas wafatnya Bapak Eka Supria Atmadja," kata Rachim.

Menurut dia, sejak awal pandemi Covid-19 mulai Maret 2020, saat dia menjadi ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bogor, hampir setiap hari berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Atmadja.Ia menjelaskan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), saat itu, selalu berkoordinasi dalam penanganan Covid-19 di wilayah Jabodetabek.

"Kabupaten Bekasi salah satu daerah yang saat itu menghadapi lonjakan kasus Covid-19, pada pekerja di sektor industri. Penanganan kasus Covid-19 di Bekasi ini dapat menjadi pembelajaran bagi daerah lain di Jabodetabek," katanya.

Pria kelahiran Bekasi pada 9 Februari 1973 ini meninggalkan seorang istri, Holillah, dan tiga anak. Riwayat pendidikan Eka adalah, SD hingga SMA dijalaninya di Kabupaten Bekasi, dan kemudian kuliah di Universitas Borobudur, Jakarta Timur.

Meski karier bupatinya baru berumur jagung, sejatinya Eka adalah politikus ulung. Ia menjajaki tangga politik dari tangga terbawah.

Putra pasangan H Ojoy Jarkasih dan Hj Enjuh Juhriah ini merupakan Bupati Bekasi asli putera daerah dari Desa Waluya. Ia menceburkan diri ke dunia politik saat terpilih menjadi Kepala Desa Waluya dua periode 2001 – 2006 dan, 2006 – 2012. Kemudian, pada 2014 ia mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Bekasi dan menduduki jabatan sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bekasi periode jabatan 2014-2017.

Kepiawaian Eka dalam berpolitik, membuat Neneng Hassanah Yasin meminangnya untuk menjadi pendamping di Pilkada Kabupaten Bekasi pada 2017 lalu. Di periode kedua Neneng.

Mujur, Eka mengantar Neneng memimpin Bekasi satu kali lagi. Sayangnya, Neneng menggali lubangnya sendiri. Ia dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada 15 Oktober 2018, ia ditetapkan sebagai tersangka ihwal pengurusan perizinan pembangunan Meikarta.

Pada 2019, Eka pun naik tahta. Sejatinya, jabatan Eka juga akan berakhir pada 2022 mendatang.

photo
Bupati Bekasi definitif Eka Supria Atmaja. - (Republika/Edi Yusuf)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement