Senin 12 Jul 2021 16:41 WIB

Bupati Bekasi Meninggal Setelah Sempat tak Dapat Ruang ICU

Bupati Bekasi alami badai sitokin akibat terpapar Covid-19.

Suasana rumah duka Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja, Senin (12/7).
Foto: Republika/Uji Sukma Medianti
Suasana rumah duka Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja, Senin (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID,  oleh Uji Sukma Medianti, Antara

Mendiang Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja, wafat pada Ahad (11/7) malam pukul 21.35 WIB. Ia meninggal setelah 10 hari melawan Covid-19.

Baca Juga

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainarti, menerangkan, Eka sempat tak dapat ruang ICU di Bekasi saat mengalami sesak napas pada Jumat (2/7) lalu. Ia pun harus dilarikan ke RS Siloam, Kelapa Dua, Tangerang.

"Karena ruang ICU kosong semua di sini. Sementara beberapa syarat kalau untuk masuk obat-obat itu, harus di ICU tidak bisa di ruang rawat biasa," kata Enny ditemui di rumah duka, Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Senin (12/7).

Enny menuturkan, sejatinya peralatan medis di rumah sakit Kabupaten Bekasi semuanya memadai. Akan tetapi, kondisinya sudah penuh semua.

"(RS) di sini peralatannya memadai semua. Memang penuh semua. Kita coba cari tapi semua penuh, kan tidak mungkin orang yang di ICU kita keluarin dulu. Kan Pak Bupati nggak begitu," ujar dia.

Enny, menuturkan, satu hari pasca terkonfirmasi positif, Eka mengalami sesak napas. Ia lantas dilarikan RS Mitra Keluarga Jababeka terlebih dulu.

"Pada Ahad(4/7) pagi, saturasinya turun. Lalu cari ICU untuk perbaikan. Di sana (RS Siloam), informasi dari dokter yang jaga, kondisi stabil," terangnya, ditemui di rumah duka, Senin (12/7).

Meski stabil, namun tidak berarti kondisinya membaik. Hanya saja, fungsi paru-paru dan ginjalnya stabil.

"Fungsi ginjal meski ada gangguan sedikit masih stabil. Ada beberapa angka yang secara laboratorium itu ada yang tidak membaik. Tapi semua dokter di RS sudah mengupayakan," kata dia.

Kemudian, pada Ahad (11/7) pagi kemarin, hasil uji laboratorium di tubuh Eka tak kunjung menunjukkan hasil yang menggembirakan. Ia mengalami badai sitokin atau cytokine strom yang merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.

Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin. "Minggu pagi, hasilnya memang dari analisa laboratorium tidak membaik. Terjadi terkogulasi. Orang-orang sebutnya ada badai sitokin, nah itu yang muncul," jelasnya.

Lalu, di hari yang sama, pada pukul 17.00 WIB, politikus Partai Golkar tiba-tiba mengalami henti jantung. Kemudian diambil tindakan medis berupa Resusitasi Jantung Paru (RJP).

"Balik lagi, semuanya ada lagi, (detak) jantung ada lagi," kata Enny.

Namun, pukul 21.25 WIB, Eka kembali mengalami serangan jantung yang kedua. Lalu dilakukan tindakan RJP lagi. Akan tetapi upaya itu gagal. Istri Eka, Holilah, sempat masuk ke ruangan melihat detik-detik terakhir suaminya melawan ajal. "Saat RJP kedua, ibu bupati sudah melihat (kondisinya) ke dalam," jelasnya.

Enny menjelaskan meski positif Covid-19, namun semua keluarganya tak ada yang terdeteksi. Sebab, kata dia, CT value Eka saat PCR terakhir berada di angka 34-35. "Bukan dalam kondisi yang infectious (menularkan)," kata dia.

Berdasarkan hasil tracing, Eka juga sudah mengurangi mobilitas menjelang diberlakukannya PPKM darurat awal Juli lalu. Namun, Enny melihat, kemungkinan lengahnya Eka masih menerima tamu keluarga di rumah.

"Misal ada yang datang ke sini, besoknya dia ternyata konfirmasi positif. (Terpapar) Tamu keluarga OTG kemungkinan," terang dia.

Eka dimakamkan pada Senin (12/7) pagi di kediamannya. Namun, prosesi pemakamannya menggunakan protokol Covid-19. Kuburannya digali di sebuah pendopo dalam rumahnya yang merupakan tempat favorit Eka ketika menghabiskan waktu di rumahnya, Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara.

"Hanya pihak keluarga yang bisa mengikuti proses pemakaman," kata Kapolres Metro Bekasi, Komisaris Besar Hendra Gunawan, di kompleks rumah duka. Hendra mengatakan begitu tiba di rumah duka setelah melalui perjalanan dari RS Siloam Kelapa Dua Tangerang, jenazah almarhum langsung dikebumikan di pemakaman keluarga yang telah disiapkan.

Prosesi pemakaman, kata dia, dilangsungkan sesuai protokol kesehatan dengan bantuan petugas khusus berpakaian APD lengkap. Dia juga memastikan seluruh keluarga almarhum telah melewati proses pemeriksaan kesehatan sebelum diizinkan masuk ke area pemakaman keluarga.

Ratusan warga sekitar memenuhi tepian jalan menuju kediaman seakan menyambut kepulangan Bupati Eka. Sejumlah personel dari kepolisian, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi tampak berjaga di sekitar area pemakaman keluarga guna memastikan pelaksanaan prosesi pemakaman berlangsung sesuai protokol kesehatan.

"Untuk protokol kesehatan akan kita terapkan dengan baik dan kita akan sekat orang-orang yang tidak berkepentingan untuk tidak hadir di acara ini, cukup keluarganya saja. Jadi yang datang diharapkan hanya keluarga, kita harus paham saat ini PPKM Darurat," katanya.

photo
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainarti, di rumah duka Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja, Senin (12/7). - (Republika/Uji Sukma Medianti)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement