REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, masih terus melakukan riset dan pengembangan vaksin Merah Putih. Direktur LBM Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan lembaganya sudah menyelesaikan 90 persen fase riset dan pengembangan.
"Sesuai dengan jadwal yang diberikan kepada lembaga Eijkman untuk pengembangan vaksin selama 12 bulan sejak bulan Maret atau April tahun lalu lembaga Eijkman sudah menyelesaikan 90 persen fase R&D (Research and Development)-nya, dan saat ini dalam proses transisi dari R&D ke industri, tadi sudah disampaikan industrinya adalah Biofarma," kata Amin dalam rapat dengan Komisi VII DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/6).
Amin menjelaskan, proses transisi tersebut artinya apa yang dikerjakan di laboratorium itu nanti akan diterjemahkan di industri. Ia berharap uji klinis vaksin Merah Putih bisa dilakukan paling lambat awal tahun 2022.
"Delapan bulan setelah itu bisa mendapatkan Emergency Use Authorization," ungkapnya.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, Ismunandar, mengatakan pengembangan vaksin yang dilakukan Lembaga Eijkman menggunakan dua platform protein rekombinan, yaitu berbasis mamalia dan berbasis yeast. Ismunandar memperkirakan uji pre klinik akan dimulai November 2021.
"Selanjutnya uji kliniknya diharapkan akan dilakukan Januari 2022 hingga Agustus 2022, dan emergency use authorization diharapkan keluar pada September 2022," jelasnya.
Ia menuturkan protein rekombinan berbasis mamalia masih akan menungggu kesiapan PT Biofarma atau mitra industri lainnya. Sementara itu platform yang sudah siap di PT Biofarma saat ini adalah protein rekombinan berbasis yeast.