Selasa 25 May 2021 11:43 WIB

Beda Ganjar dan Jokowi Jelang Pilpres dari Kacamata Gerindra

Politikus Gerindra menyindir perbedaan keberuntungan Ganjar dengan Jokowi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Mas Alamil Huda
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) dan Ganjar Pranowo (tengah).
Foto: Antara/Aji Styawan
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) dan Ganjar Pranowo (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Gerindra Arief Poyuono menyinggung perbedaan antara Ganjar Pranowo dan Joko Widodo ketika mulai memasuki Pemilihan Presiden (Pilpres). Arief menyindir perbedaan keberuntungan Ganjar dengan Jokowi.

Jokowi menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) karena menurutnya rakyat ingin sosok yang beda dari SBY. Apalagi saat pemerintahan SBY, masyarakat dipertontonkan kasus korupsi yang banyak dilakukan oleh kader Demokrat.

"Chemistry-nya Ganjar dan Jokowi sama persis senang pencitraan juga, nah kita lihat nanti apa rakyat masih ingin model sosok Jokowi lagi atau tidak," kata Arief dalam keterangan pers kepada wartawan, Senin (24/5).

Arief meyakini isu Pilpres 2024 menyoal masih belum pulihnya perekonomian masyarakat yang disebabkan oleh pengaruh dampak Covid-19 yang sangat merusak terhadap ekonomi nasional. Kemudian pendapatan rumah tangga masyarakat dan jumlah pengangguran yang besar.

Arief juga menyoroti masalah utang negara yang menumpuk dan bertambah selama Jokowi memerintah akan memberat perekonomian nasional nantinya. "Maka menurut saya, masyarakat menginginkan sosok Presiden yang bisa membangkitkan perekonomian nasional dan memperbaiki perekonomian rumah tangga masyarakat," ujar Arief.

Selain itu, Arief menduga masyarakat muak dan kesal dengan pejabat negara yang menggunakan fasilitas negara dan kedudukannya melakukan pencitraan untuk siap-siap nyapres. Sementara hasil kerjanya tak dirasakan rakyat di saat Covid-19

"Jadi prediksi saya semua nama-nama tokoh yang saat ini masuk bursa capres tidak akan terpilih sebagai presiden di 2024 mereka layaknya Satrio Pancitroan dalam pentas Ketoprakan," ujar Arief.

Di sisi lain, Arief turut menanggapi Ganjar selaku Gubernur Jateng justru tak diundang dalam kegiatan Ketua DPP PDIP Puan Maharani di Jateng. Ia meyakini hal itu disebabkan gesekan di internal PDIP.

"Terkait Ganjar Pranowo yang tidak diundang dalam acaranya Puan Maharani itu sih sepertinya urusan internal saja. Mungkin benar juga kalau DPP PDI Perjuangan menginginkan Ganjar Pranowo saat ini kerja dan kerja, bukan bekerja tapi sekalian pencitraan," ucap Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement