Ahad 09 May 2021 12:34 WIB

Sejarah Mudik: Dari Era Sebelum Majapahit Hngga Kini

Mudik sudah menjadi tradisi dan budaya di Indonesia sejak lama.

Sejumlah kendaraan pemudik antre memasuki Gerbang Tol Cikampek Utama, Cikampek, Jawa Barat, pada mudik lebaran sebelum pandemi corona (Ilustrasi)
Foto:

Oleh : Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika

Untuk menguatkan akar mudik berkaitan dengan tradisi Islami, beredar pula argumen makna mudik dalam kajian ala Timur Tengah. Kata "mudik" seperti istilah arab untuk "badui" sebagai lawan kata "hadhory". 

Sehingga dengan sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa mudik, adalah kembali ke kampung halaman. Mudik dari akar kata "adhoo-a" yang berarti "yang memberikan cahaya atau menerangi".

Ini bisa dipahami dengan mudah, bahwa mereka para pemudik itu secara khusus memberikan ‘cahaya’ atau menerangi kampung-kampung halaman mereka. Mudik dari akar kata "Adhoo'a", yang berarti yang menghilangkan".

Selanjutnya, mudik berasal dari bahasa Arab yang berarti: orang yang menghilangkan. Hal ini juga akan mudah kita tangkap, bahwa mereka pemudik itu adalah orang-orang perantauan yang dipenuhi beban perasaan kerinduan, dan kesedihan karena jauh dari orangtua, keluarga atau kampung halamannya. 

Karenanya mereka melakukan aktifitas mudik, dalam rangka ‘menghilangkan’ semua kesedihan tersebut.

Mudik dari akar kata "adzaa-qo" yang berarti “yang merasakan atau mencicipi“. Orang yang mudik ke kampung halaman pastilah mereka yang ingin kembali ‘merasakan dan mencicipi’ suasana kampung tempat kelahiran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement