Sabtu 08 May 2021 16:08 WIB

Menkes: Vaksinasi Bisa Tekan Ledakan Biaya Kesehatan

Alokasi biaya kesehatan selama ini 80 persen untuk sektor kuratif (pengobatan).

Seorang anak mendapatkan suntikan vaksin DPT (Difteri, pertusis dan tetanus) di Puskesmas Pembantu Desa Bomo,  Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (5/5/2021). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap yang terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Foto: BUDI CANDRA SETYA/ANTARA
Seorang anak mendapatkan suntikan vaksin DPT (Difteri, pertusis dan tetanus) di Puskesmas Pembantu Desa Bomo, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (5/5/2021). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap yang terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menilai, vaksinasi bisa menekan biaya kesehatan yang bisa saja meledak akibat perawatan dan pengobatan intensif pasien. Lebih dari 80 persen anggaran kesehatan selama ini dialokasikan untuk sektor pengobatan.

"Saya sangat mendukung program vaksinasi sebagai salah satu program utama di sektor promotif dan preventif, di luar program lainnya seperti skrining atau gerakan masyarakat menjaga hidup sehat," ujar Menkes dalam webinar Pekan Imunisasi Dunia yang dipantau dari Jakarta, Sabtu (8/5).

Baca Juga

Menurutnya, biaya kesehatan di dunia terus tumbuh lebih besar daripada pertumbuhan ekonominya. Hal itu terjadi karena banyak biaya kesehatan yang dialokasikan untuk sektor kuratif (pengobatan).

Sementara data-data yang ada di Kemenkes, lebih dari 80 persen anggaran dialokasikan ke sektor kuratif dan BPJS Kesehatan termasuk di dalamnya. Ia mencontohkan dalam perawatan pasien Covid-19, masyarakat yang dirawat dan diberikan obat-obatan bisa menghabiskan biaya jutaan bahkan ratusan juta bagi mereka yang masuk kategori bergejala berat.

Sementara, apabila dari awal dilakukan langkah promotif dan preventif, biaya yang dikeluarkan tidak akan sebesar itu. Gerakan masyarakat lain yang masuk kategori promotif dan preventif seperti kebiasaan hidup sehat, dinilai akan mampu menekan biaya kesehatan di sektor kuratif.

"Untuk preventif kita alokasikan untuk membeli vitamin C, vitamin B, masker, atau alat olahraga. Saya rasa tidak sampai satu juta sebulan kita habiskan untuk alokasi biaya kalau kita fokusnya ke preventif dalam menghadapi Covid-19," kata dia.

Maka dari itu sebagai langkah preventif, Menkes mendukung vaksinasi sebagai salah satu program utamanya. Vaksinasi Covid-19 akan meringankan gejala yang ditimbulkan jika terpapar virus tersebut sehingga angka perawatan intensif bisa ditekan.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Kemenkes juga sudah memutuskan bahwa mulai tahun 2022 Indonesia akan melakukan vaksinasi untuk 14 antigen secara nasional, sebagai upaya promotif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan menekan biaya kuratif yang tidak terkontrol.

"Kami sudah memutuskan Indonesia tahun depan akan melakukan vaksinasi untuk 14 antigen secara nasional. Kita akan melakukan vaksinasi PCV dan HPV secara nasional dan kita akan menambah vaksinasi Rotavirus juga," kata dia.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyambut baik revisi rencana strategis kesehatan terkait program vaksinasi 14 antigen. Humas IDAI Hartono Gunardi mengatakan rencana strategis itu sejalan dengan sikap IDAI yang menilai pemenuhan imunisasi di masa pandemi penting untuk menjaga kesehatan anak.

"Banyak penyakit yang mengancam anak dunia, termasuk Indonesia. Imunisasi ini akan menekan dua juta angka kematian, dan pada masa pandemi ini karena cakupan imunisasi yang berkurang, dikhawatirkan akan meningkatkan risiko kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement