Selasa 27 Apr 2021 15:00 WIB

TNI AL: Tidak Benar KRI Nanggala-402 Ditembak Kapal Asing

TNI AL menegaskan KRI Nanggala-402 tidak ditembak kapal asing yang melintas.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bayu Hermawan
KRI Nanggala-402
Foto: Anadolu Agency
KRI Nanggala-402

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asisten Perencanaan Kepala Staf AL (Asrena KSAL) Laksamana Muda TNI Muhammad Ali menyebut isu di media sosial yang mengatakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Nanggala-402 tenggelam karena ditembak kapal asing tidak benar. Dia mengatakan, pada saat kejadian tidak ada ledakan yang terdengar maupun terlihat di sekitar lokasi.

"Kapal asing lewat ini saya rasa berlebihan ya. Kemudian, ditembak oleh kapal asing lah," kata Ali menegaskan dalam konferensi pers di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (27/4).

Baca Juga

Ali menjelaskan, pada hari kejadian KRI Nanggala-402 hilang kontak ada banyak kapal atas air yang berada di sekitarnya. Kapal-kapal tersebut dilengkapi dengan sonar. Jika memang ada ledakan yang terjadi, sudah tentu suara ledakan itu akan terdengar oleh sonar tersebut.

"Bahkan oleh telinga, mata, pun bisa terlihat bahwa air itu akan naik ke atas sedikit. Jadi, tidak ada ledakan pada saat kejadian. Itu dari pengamatan kapal-kapal yang ikut latihan bersama KRI Nanggala kemarin," katanya.

Di samping itu, TNI AL menyatakan pasti akan mengaudit kejadian tenggelamnya Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Nanggala-402. Dalam prosesnya, TNI AL akan melibatkan para pakar kapal selam, bukan hanya sekadar pengamat.

"Kalau masalah diaudit, pasti kita audit. Jadi, kita akan investigasi di semuanya," ujar Ali.

Ali mengungkapkan, dalam proses investigasi tersebut pihaknya tentu akan menghadirkan para pakar kapal selam. Dia mengatakan, yang dihadirkan nanti bukan hanya sekadar pengamat, melainkan betul-betul pakar yang memang paham betul akan kapal selam.

"Para pakar kapal selam dan para pakar ahli pembuat kapal selam. Bukan hanya pengamat sekadar pengamat," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Ali juga menyinggung soal komentar pengamat yang menyampaikan KRI Nanggala-402 pada saat tenggelam kelebihan muatan atau kelebihan personel. Menurutnya, pernyataan tersebut tidak berdasar dan pengamat tersebut belum pernah mengawaki kapal selam.

Dia menjelaskan, dalam berbagai operasi yang KRI Nanggala lakukan, kapal tersebut biasa membawa 50 orang personel. Bahkan, kata dia, kalau operasi yang dilakukan merupakan tugas penyusupan, ada tambahan satu regu pasukan khusus sekitar tujuh orang sehingga total personel di dalam kapal ada 57 orang.

"Sedangkan pada saat kejadian tragedi KRI Nanggala kemarin tenggelam hanya 53 orang. Selain itu, pada saat kejadian hanya membawa tiga buah torpedo. Padahal, kapal selam ini didesain untuk membawa delapan torpedo, satu torpedo beratnya itu sekitar hampir dua ton," katanya.

Atas dasar itu, Ali menyatakan, pernyataan pengamat yang menyatakan KRI Nanggala-402 kelebihan muatan saat tragedi terjadi merupakan pernyataan tak berdasar. Menurut dia, tugas berlayar yang sudah diarungi kapal selam tersebut sudah bertahun-tahun dan tidak pernah ada masalah sebelumnya.

"Ini kita sudah berlayar bertahun-tahun dan tidak pernah ada masalah. Jadi, kalau dinyatakan kelebihan muatan, sangat tidak tepat dan sangat salah dan tidak berdasar," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement