Senin 26 Apr 2021 10:37 WIB

Tukang Ojek, Guru, dan Kabinda yang Tewas oleh KKB Papua

Tukang ojek dan Kabinda Papua diduga dibunuh oleh KKB Lekagak Telengen.

Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua Brigjen I Gusti Putu Danny Nugraha Karya gugur ketika kontak tembak dengan Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) di Kampung Dambet, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua, Ahad (25/4), sekitar pukul 15.50 WIT.
Foto:

Beberapa waktu terakhir, situasi di Beoga terus memanas. Pada awal April, aparat gabungan TNI dan Polri dikerahkan ke Distrik Beoga untuk memburu KKB yang menembak mati seseorang guru bernama Oktovianus Rayo (42). KKB juga membakar tiga gedung sekolah di wilayah itu pada Kamis (8/4).

Kasatgas Humas Ops Nemangkawi Kombes Iqbal Alqudussy mengatakan, aparat tidak tinggal diam menyikapi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh KKB. "Sudah sejak kemarin anggota langsung merespons. Yang jelas aparat TNI dan Polri tetap memburu mereka," kata Kombes Iqbal, Jumat (9/4).

Iqbal mengakui, jenazah korban sudah dievakuasi masyarakat bersama-sama sejumlah guru dari Kampung Julugoma ke ibu kota Distrik Beoga dengan berjalan kaki sejauh sekitar empat kilo pada Kamis (8/4) siang. Rencana evakuasi lanjutan jenazah almarhum Oktovianus ke Timika pada Jumat siang belum bisa dilakukan karena penerbangan dari Timika ke Beoga dan sebaliknya terkendala kondisi cuaca yang kurang bersahabat.

Kombes Iqbal memastikan, pembakaran gedung sekolah yaitu SD Jambul, SMP Negeri 1 Beoga dan SMA Negeri 1 Beoga serta rumah guru pada Kamis (8/4) petang sekitar pukul 18.15 WIT dilakukan oleh KKB pimpinan Nau Waker alias Tidak Jadi Waker yang merupakan anak buah dari pimpinan KKB Guspi Waker. "Pelakunya dari kelompok Nau Waker alias Tidak Jadi Waker," ujarnya.

Kelompok Waker diduga lari ke Beoga karena terdesak oleh aparat TNI dan Polri. Pada 2018 Guspi Waker memberi perintah kepada Nau Waker untuk melakukan penembakan terhadap kendaraan LWB PT Freeport Indonesia di Mile 69, Distrik Tembagapura menggunakan senjata jenis steyr. Pejabat Kapolres Puncak Kompol I Nyoman Punia mengakui kondisi bangunan sekolah itu seluruhnya rata dengan tanah dan menyisakan puing-puing bekas kebakaran.

"Sampai sekarang kami belum bisa ke sana karena kondisi medan yang sulit dan jarak yang jauh dari Ilaga dimana untuk ke sana harus menggunakan pesawat terbang," kata Kompol Nyoman yang dihubungi dari Timika, Jumat (9/4).

Mantan Waka Polres Mimika itu mengecam keras tindakan KKB yang telah membunuh seorang guru dan membakar gedung sekolah. "Tentu perbuatan mereka sangat tidak terpuji. Masa seorang guru yang setiap hari tinggal di kampung untuk mendidik generasi muda Papua dengan teganya mereka bunuh secara tidak berperikemanusiaan. Tanpa rasa berdosa mereka juga membakar gedung sekolah," katanya.

Sementara itu KKB Legakak Telengen, yang diduga sebagai pelaku penembakan Kabinda Papua, juga sebelumnya melakukan penembakan terhadap tukang ojek bernama Udin. Kapolda Papua Irjen Pol. Mathius D. Fakhiri membenarkan, telah terjadi penembakan terhadap tukang ojek, bernama Udin (41 tahun). Penembakan terhadap masyarakat sipil itu terjadi di Kampung Eromaga, Kabupaten Puncak, pada Rabu (14/4) pukul 13.59 WIT.

Lanjut Fakhiri, pukul 14.19 WIT, Tim gabungan tiba di TKP. Kemudian tim mengevakuasi korban ke Puskesmas Ilaga menggunakan mobil ambulans dan dilakukan Visum Et Repertum. Diduga korban yang baru mengantar penumpang diberondong tembakan hingga mengenai dada kanan tembus punggung, dan pipi kiri. Korban merupakan warga Kompleks Pasar Ilaga Kabupaten Puncak, Papua.

"Korban ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada saat perjalanan pulang ke Kota Ilaga setelah mengantar penumpangnya dari pedalaman," ujar Fakhiri.

Menurut Fakhiri, pelaku penembakan merupakan Kelompok Kriminal Bersenjata pimpinan Legakak Telengen. Kemudian saat ini, pihaknya melakukan pengejaran dan melakukan tindakan tegas terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata tersebut tersebut. Hal itu perlu dilakukan agar tidak terjadi lagi kasus-kasus penembakan yang menimpa warga.

Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa, kepada Republika, Rabu (14/4), menduga tindak kekerasan berupa penembakan ke sejumlah warga sipil belakangan ini dilakukan oleh KKSB lantaran rencana strategis gerakan mereka sudah terbongkar. Dia juga menduga hal itu dilakukan sebagai upaya memperlihatkan eksistensi mereka kepada negara-negara asing pendonor gerakannya.

"Mau tidak mau mempertegas melalui front bersenjatanya, itupun posisi Benny Wenda dan Veronica Koman juga mulai terasa ketar-ketir karena rencana strategis mereka untuk dapat dukungan dana negara pendonor akan semakin sulit," jelas Suriastawa.

"Intinya dengan semakin terdesaknya OPM seiring berjalannya waktu maka kegiatannya akan lebih banyak meneror rakyat yang lemah," sambung dia.

Sebelumnya, Suriastawa menerangkan, meski terdapat banyak faksi dan saling berebut kepentingan di internalnya, secara garis besar kelompok itu terdiri dari tiga sayap gerakan, yakni sayap politik, klandestin, dan bersenjata. Menurut dia, sayap gerakan tersebut memanfaatkan media sosial untuk saling berkomunikasi, merencanakan aksi, dan menyebarkan berita bohong untuk membentuk opini buruk tentang pemerintah Indonesia. Itu termasuk juga terhadap TNI-Polri terkait masalah Papua melalui berbagai platform media sosial.

“Jadi yang dihadapi bukan hanya KKSB yang ada di gunung-gunung saja, tetapi juga politik (dalam dan luar negeri) dan kelompok klandestin yang bisa berprofesi apapun,” ujar Suriastawa.

Suriastawa mengatakan, KKSB di media sosial kerap memberitakan berhasil menembak mati puluhan TNI-Polri dengan menyebut waktu dan tempat tertentu. Menurut dia, itu dilakukan agar kabar tersebut seolah-olah benar terjadi, padahal berita tersebut bohong.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Sugiono, menyebut perlu dilakukan pendekatan multidimensional sebagai upaya mencegah terus terjadinya bentrok antara TNI/Polri dengan KKB atau KSB di Papua. "Menurut saya pendekatan yang harus dilakukan adalah pendekatan multidimensional bukan sekadar pendekatan keamanan saja," katanya di Semarang, Ahad (25/4).

Selain itu, aspek-aspek di luar keamanan juga perlu dilibatkan dalam pelaksanaan operasi keamanan, termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat pada berbagai sektor. Bagaimanapun, lanjut dia, masyarakat Papua adalah bagian dari keluarga besar bangsa Indonesia yang harus mendapat perhatian.

"Saya kira ini adalah 'wake up call' bagi semua pihak bahwa tidak bisa main-main dengan urusan integritas bangsa dan ini tanggung jawab bersama," ujarnya. Sehingga demikian diharapkan ruang gerak KKB maupun KSB semakin sempit dan terbatas sehingga keamanan bisa terjaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement