REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko mengatakan pihaknya merupakan salah satu lembaga yang mengembangkan vaksin Covid-19. Ia menjelaskan, meskipun saat ini sebagian warga Indonesia sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dari vaksin impor, tetapi kemandirian dalam pengembangan vaksin dalam negeri masih sangat penting.
"LIPI termasuk dari enam tim yang mengembangkan vaksin merah putih, tetapi masing-masing tim memakai platform yang berbeda supaya masing-masing vaksin dapat dicoba semua," kata Handoko, dalam keterangannya, Senin (12/4).
Ia menjelaskan, pengembangan vaksin merah putih di LIPI memakai protein rekombinan. Ia berharap, vaksinasi berikutnya dapat dilakukan berbasis produk yang dikembangkan oleh Indonesia sendiri.
"Meskipun sudah ada vaksin dari sinovac, kita belum tahu jika imunitas yang ditimbulkan oleh vaksin ini dapat bertahan berapa lama. Maka dari itu, kita terus mengembangkannya," kata dia menambahkan.
Handoko menambahkan, vaksin yang sedang dikembangkan LIPI murni dari bahan lokal. Ada kemungkinan vaksin Covid-19 dilakukan secara berulang, sehingga kebutuhan vaksin menjadi banyak karena populasi Indonesia yang besar.
Mengembangkan vaksin sendiri selain Indonesia tidak perlu impor, yaitu akan lebih mudah memperbarui vaksin jika ada mutasi virus baru. "Jadi lebih fleksibel jika kita mempunyai vaksin sendiri. Ini juga menjadi alasan utama mengapa kita harus mengembangkan vaksin Covid-19 sendiri," kata Handoko.
Handoko mengungkapkan, saat ini proses pengembangan vaksin LIPI sedang dalam fase menghasilkan protein yang kemudian dapat menghasilkan sel clone yang harus sudah dimurnikan dan sudah diseleksi. Dari pihak Bio Farma, menargetkan bulan Juni ini untuk dapat melakukan uji coba sesuai standar. Menurutnya, jika semuanya lancar, uji coba ke manusia bisa dilakukan mulai awal tahun depan.
Pembuatan vaksin memang tidak mudah, jadi menurut Handoko ini menjadi sebuah tantangan tersendiri. "Sebenarnya Indonesia belum terlatih dan belum memiliki kompetensi yang lengkap untuk mengembangkan vaksin, karena sebelumnya kita mengimpor vaksin kemudian kita kemas ulang di sini," ujar dia lagi.