Senin 05 Apr 2021 15:45 WIB

Kemendikbud: 22 Persen Sekolah Lakukan Tatap Muka

Kemendikbud mencatat sudah 22 persen melakukan pembelajaran tatap muka terbatas.

Rep: Inas Widyanuratikah / Red: Bayu Hermawan
Pembelajaran tatap muka terbatas (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Syaiful Arif
Pembelajaran tatap muka terbatas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sebanyak 22 persen sekolah sudah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri mengatakan berbagai sekolah telah menunjukkan praktik baik kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

Salah satu sekolah yang sudah melakukan PTM adalah SDN 03 Pontianak Selatan. Persiapan yang dilakukan antara lain adalah membentuk tim satgas Covid-19, mempersiapkan prosedur operasional standar (POS) PTM terbatas dan melakukan pemenuhan daftar periksa.

Baca Juga

Agar PTM terbatas berlangsung secara aman, SD Negeri 03 Pontianak Selatan melakukan beberapa langkah untuk memastikan kelancaran. Langkah-langkah yang diambil di antaranya mengimbau setiap guru untuk melakukan rapid test secara berkala. Sekolah juga mendata dan memastikan bahwa siswa dan guru yang sakit atau merasa tidak enak badan untuk tidak sekolah.

Dalam hal pembagian rombongan belajar, SDN 03 Pontianak Selatan menerapkan anjuran pemerintah yaitu maksimal 50 persen kapasitas per kelas. Sehingga, dalam satu rombongan belajar terdapat dua kelompok belajar.

Masing-masing rombongan belajar melakukan PTM terbatas sebanyak dua kali dalam satu minggu. "Siswa dengan nomor absen 1-16 masuk di hari Senin dan Rabu, siswa dengan nomor absen 17-32 masuk di hari Selasa dan Kamis," kata Jumeri, Senin (5/4).

Sekolah lain yang telah membagikan praktik baik dalam PTM terbatas adalah SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan. Dalam melaksanakan PTM terbatas, salah satu guru SMAN 9 Bengkulu Selatan, Meydia Afrina mengatakan melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat dan juga wali siswa atau orang tua siswa.

Koordinasi dilakukan untuk proses sosialisasi dengan dua tujuan, yakni mendengarkan pendapat orang tua ketika sekolah akan dibuka kembali. Kemudian yang kedua adalah memastikan orang tua untuk menyiapkan anak mereka dengan protokol kesehatan yang ketat ketika kembali ke sekolah.

Persiapan yang dilakukan SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan sebelum memulai PTM terbatas antara lain mempersiapkan kurikulum yang digunakan dalam kondisi khusus, melakukan pengadaan alat protokol kesehatan, mempersiapkan ruang belajar sesuai dengan petunjuk SKB Empat Menteri, mempersiapkan sarana fisik sekolah seperti sanitasi dan kebersihan sekolah dan melaporkan kegiatan yang menimbulkan kerumunan.

Dalam satu pekan, siswa melakukan PTM terbatas dengan total 4 jam 30 menit. Jam belajar tatap muka yang berkurang, diatasi dengan PJJ dengan memberikan tambahan materi menggunakan berbagai platform yang dikuasai guru seperti Google Classroom, Whatsapp dan lainnya.

"Saya yakin banyak praktik baik lain dari sekolah di daerah-daerah lain dalam mempersiapkan PTM terbatas pada era kebiasaan baru," kata Jumeri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement