Terpisah Praktisi Pengembangan Produk Herbal, Ahmad Budiharjo mengamini, warga Desa Nogosaren sangat beruntung dan harus bangga dengan kekayaan sumber daya alam herbal yang ada di lingkungannya.
Karena kekayaan tersebut merupakan potensi yang luar biasa untuk dikembangkan dan dioptimalkan. “Tidak hanya dari sisi ekonomisnya, namun juga kemanfaatannya bagi kesehatan masyarakat sendiri, terlebih di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini,” jelasnya.
Dia menjelaskan, untuk pelaksanaan awal, telah memberikan pelatihan bagaimana cara memproses, mengolah dan memproduksi probiotik Curcuma, yang bahan bakunya cukup mudah ditemukan di Desa Nogosaren.
Owner Synthesa Herba ini juga mengatakan, tak hanya probiotik Curcuma, ke depan pelatihan juga akan menyentuh pemanfaatan tanaman herbal lain yang bermanfaat dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai produk probiotik lainnya.
“Saya melihat sendiri, di sini (Desa Nogosaren) ada satu jenis tanaman yang oleh warga di anggap gulma tapi di Perancis dibutuhkan, karena setelah diteliti merupakan bahan herbal yang bermanfaat untuk melawan kanker,” tandas praktisi yang digandeng Kemenristek/BRIN untuk mengembangkan inovasi penanganan Covid-19 ini.