Pada kesempatan yang sama, Gubernur Erzaldi mengundang Sandi selaku Trainer dari GeNose C19 untuk melatih para dokter dan perawat. Dia langsung meninjau pelatihan tersebut mengenai tata cara penggunaan GeNose. Sekaligus melihat secara langsung bahwa alat yang digunakan ini benar-benar mudah, cepat, dan murah.
Dijelaskan Sandi bahwa alat ini sangat sensitif terhadap udara. Jika kondisi udara pada ruang pemeriksaan dalam keadaan kurang baik (sensor menunjukan angka > 3000) maka, ruangan harus pindah. Semakin lancar kondisi sirkulasi udara akan semakin rendah angka sensor. Semakin rendah angka sensor maka ruangan semakin memungkinkan untuk digunakan.
Alat ini sangat sensitif. Para petugas tidak diperbolehkan mendekatkan diri pada alat jika telah menggunakan parfum, handsanitazer, alkohol karena dapat mengganggu sensor.
Bagi peserta terdapat aturan pemeriksaan GeNose antara lain:
1. 30 menit sebelum diperiksa, peserta tidak diperbolehkan mengonsumsi apapun baik makanan, minuman, dan merokok kecuali air putih.
2. Kemudian peserta menghirup udara dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut dengan tetap menggunakan masker. Ulangi 2 kali.
3. Pada tahapan terakhir peserta menghirup udara dari hidung dan meniupkan udara pada kantong udara.
4. Kemudian udara dalam kantong udara akan dihirup oleh mesin GeNose dan dideteksi dengan sensor-sensor hingga menghasilkan suatu data.
5. Data yang diperoleh akan diolah dengan bantuan kecerdasan buatan hingga memunculkan hasil.
Kurang dari dua menit hasil akan keluar. Menggunakan alat ini sangat mudah dengan biaya hanya Rp20.000. Terbukti, GeNose lebih cepat dan murah dibandingkan alat pendeteksi Covid-19 lainnya.
“Ini adalah bentuk kepedulian terhadap orang-orang yang masih diharuskan kerja dari luar. Saya harap masyarakat bisa merasa aman,” pungkasnya.