Kendati demikian, menurut dia, pengalihragaman data hujan menjadi prakiraan bencana banjir memang membutuhkan usaha yang cukup menantang."Penelitian untuk membuat model prakiraan banjir secara spasial perlu digalakkan untuk menghasilkan prakiraan wilayah yang banjir yang lebih akurat," katanya.
"Karena itu upaya lain yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan peringatan kepada masyarakat apabila memasuki daerah rawan banjir," katanya.
Dia mencontohkan, apabila prakiraan BMKG menyebutkan akan ada hujan besar di wilayah Bogor, maka penduduk yang tinggal di daerah rawan banjir di Jakarta, seperti Cipinang Melayu, akan mendapatkan peringatan secara langsung melalui gawai dari BPBD.
"Dengan model penyampaian informasi seperti ini diharapkan masyarakat lebih peduli jika banjir diperkirakan terjadi di wilayahnya," katanya.
Sebelumnya dia juga mengatakan bahwa untuk membuat peta rawan banjir bisa dilakukan dengan mendasarkan pada simulasi kejadian hujan ekstrem yang terjadi pada suatu wilayah hingga nantinya dapat dipergunakan sebagai materi dalam pengembangan sistem informasi bencana banjir.
Kendati sederhana, namun sistem informasi sangat bermanfaat secara luas terutama sebagai media untuk mengumumkan kemungkinan terjadinya banjir di daerah-daerah rawan kepada masyarakat yang ada di sekitar.