REPUBLIKA.CO.ID NGANJUK -- Kepolisian Resor Nganjuk mengungkapkan, ada kandungan formalin dalam mi ayam yang dikirimkan donatur dan dikonsumsi pengungsi serta relawan dalam bencana alam tanah longsor di Desa Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Hal ini menyusul laporan keracunan yang dialami pengungsi dan relawan.
"Saya perintahkan dari reskrim mengambil sampel mi, kuah, saus, kecap dan juga sayuran yang dicampur. Tadi malam sudah minta bantuan untuk food security dari kedokteran di Nganjuk. Nitrit nol, sianida nol, arsenin nol, tapi formalin 10," kata Kapolres Nganjuk AKBP Harviadhi Agung Pratama di Nganjuk, Jumat.
Ia mengatakan, dengan hasil penelitian tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa masyarakat mengalami gejala keracunan seperti mual, muntah, dan pusing akibat makan mi ayam yang mengandung formalin tersebut.
Pihaknya juga mengungkapkan, laporan keracunan makanan itu diterimanya pada Kamis (18/2) sekitar pukul 22.00 WIB. Terdapat beberapa orang di posko penanganan bencana dan pengungsian yang mengalami gejala mual, muntah, dan pusing.
Untuk itu, Polres Nganjuk menurunkan tim dari satreskrim untuk penyelidikan. Dari hasil penyelidikan, masyarakat yang mengalami gejala tersebut sejumlah 44 orang. "Saat ini tiga orang di RSUD Nganjuk, satu orang di RS Bhayangkara dan tujuh orang di Puskesmas Ngetos. Untuk 33 orang mengalami gejala ringan sehingga rawat jalan," kata dia.
Pihaknya juga mengevaluasi hasil penyelidikan keracunan makanan tersebut. Dari hasil pemeriksaan, warga keracunan dari mi ayam yang dikonsumsi tersebut. Makanan itu pemberian donatur bukan yang dimasak dari dapur umum di posko.
Mi itu bantuan dari beberapa orang yang mengatasnamakan diri dalam paguyuban Mi Ayam Surabaya. Polisi juga langsung menindaklanjuti dengan menghubungi nomor kontak di paguyuban, yakni warga Sidoarjo dan satunya adalah warga Malang.
"Kami sudah kontak identitas dan keberadaan. Siang ini saya perintahkan reskrim untuk penjemputan. Dua orang akan kami lakukan pemeriksaan lebih lanjut di Polres Nganjuk. Apabila ada unsur pidana, kami tingkatkan untuk proses lebih lanjut," kata dia.
Namun, ia juga mengatakan dari 44 korban yang terdata itu saat ini kondisinya sudah membaik. Ia berharap mereka semua segera pulih.