Sabtu 06 Feb 2021 00:39 WIB

Konflik Demokrat Disebabkan tak Punya Basis Ideologi

Partai politik punya problem yang sangat pelik terkait dengan ikatan ideologi.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono menjelaskan pernyataan sikap Demokrat di DPP Demokrat, Senin (1/2).
Foto: Republika/Zainur Mahsir Ramadhan
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono menjelaskan pernyataan sikap Demokrat di DPP Demokrat, Senin (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI), Aisah Putri Budiarti mengatakan, sejumlah partai politik di Indonesia tak memiliki basis ideologi yang jelas, sehingga rentan terjadinya konflik internal. Hal inilah yang dinilainya juga dialami oleh Partai Demokrat.

"Partai politik punya problem yang sangat pelik terkait dengan ikatan ideologi. Jadi ini tidak hanya dialami oleh Demokrat," ujar Putri dalam sebuah diskusi daring, Jumat (5/2).

Tidak adanya ideologi yang jelas ini membuat kader di dalamnya tak memiliki ikatan yang kuat. Sehingga, ketika diterpa masalah, mereka sangat rentan terbelah menjadi beberapa kubu.

"Ketika ada konflik ini mudah sekali digoyang, terutama terkait dengan kepemimpinan partai. Nah itu terbamgun karena ikatan mereka, ikatan para anggota partai tidak berbasis pada ideologi," ujar Putri.

Partai politik di Indonesia saat ini terkesan pragmatis, ketimbang memiliki basis ideologi yang kuat. Terbukti ketika keluarga atau kerabat seorang petinggi partai dengan mudahnya menduduki jabatan strategis di partai.

"Jadi semua itu akhirnya punya kepentingan jangka pendek dan pragmatis. Ikatan ideologi yang kuat itu yang sebenarnya menjadi PR (pekerjaan rumah)," ujar Putri.

Konflik yang tengah dialami Demokrat juga pernah terjadi sebelumnya pada partai lain. Saat partai yang berada di sisi oposisi, tiba-tiba di internalnya terbelah dan berujung bergabungnya partai tersebut mendukung pemerintah.

"Akhirnya ada proses pergantian kepemimpinan, kemudian pergantian kepemimpinan itu merujuk pada perubahan posisi partai menjadi dari oposisi menjadi pendukung pemerintah," ujar Putri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement