Kamis 04 Feb 2021 16:30 WIB

500 Desa di Jabar Rawan Bencana Hidrometeorologi

BPBD menyebut 500 desa rawan bencana tersebut tersebar di seluruh wilayah Jabar.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga mengamati kondisi pascabanjir bandang yang melanda Kampung Gunung Mas, Tugu Selatan, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021). Ilustrasi
Foto:

Untuk kondisi saat ini, kata dia, minimal tiga indikator dahulu terpenuhi. Yakni, ada Satgas, ada peralatan yang stand by, dan anggaran yang tersedia. Selain itu ada indikator keempat yakni pelatihan bagi masyarakat paling tidak tokoh dan relawan pemuda.

"Indikator lainnya harus membuat peta rawan bencana di level desa, harus membuat jalur evakuasi dan rambu evakuasi, harus membuat tempat evakuasi, kalau selengkap itu. Sekarang tiga indikator (satgas, peralatan, dan anggaran). Kalau ada anggaran apapun bisa dilakukan, nah anggaran bencana itu yang biasanya tidak tersedia, makanya beberapa bupati membuat Perbup, terkait anggaran untuk bencana dalam APBDes," papar Dani.

Dani mengatakan, mitigasi sederhana bisa dilakukan di tingkat desa. Salah satunya dengan memeriksa saluran air untuk memastikan tak ada yang tersumbat atau memeriksa tebing-tebing apakah ada keretakan yang berpotensi longsor.

Dani menjelaskan, umumnya ada periode golden time untuk meminimalisasi terjadinya korban jiwa saat bencana terjadi. Periode yang dimaksud ialah nol sampai tiga puluh menit terjadinya bencana.

"34 persen faktor keselamatan dari bencana bersumber dari kesiapsiagaan individu yang dibentuk oleh pengetahuan dan kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan evakuasi," katanya.

Faktor lainnya, kata dia, diberikan oleh pertolongan orang-orang terdekat. Yakni anggota keluarga yang memiliki kemampuan dan rencana penyelamatan diri yang biasanya dibekali melalui pelatihan.Faktor ini menyumbang 31 persen. Lalu 17 persen lain dari pertolongan komunitas baik RT, RW, atau lingkungan setempat.

"Peran BPBD, Tim SAR dan petugas lainnya hanya menyumbang 1,8 persen saja, karena pada saat golden time mereka tidak berada persis di tempat bencana," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, kesiapsiagaan individu, keluarga, dan komunitas mutlak diperlukan dalam membangun masyarakat yang berbudaya tangguh bencana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement