Dalam perkembangannya, seiring dengan perjuangan kaum Nasionalis, yang tergabung dalam PNI dan gerakan nasionalis lainnya, maka NU pun menerima gagasan Republik Indonesia.
"Dengan demikian, NU sejak dahulu menjadi ormas keagamaan yang Nasionalis yang turut memelopori lahirnya NKRI," kata Hamka.
Jika NU merupakan ormas religius nasionalis, maka di sisi lain, PDIP merepresentasikan diri sebagai penerus ideologi Nasionalis yang digagas oleh Soekarno.
"Tak dapat dipungkiri oleh siapapun, bahwa Bung Karno sebagai pentolan Nasionalis itu adalah juga sebagai pribadi yang amat religius, seorang Muslim taat, moderat, dan toleran. Dengan demikian PDI Perjuangan sebagai penerus cita-cita kenegaraan Bung Karno adalah partai nasionalis-religius, yang sangat beririsan dengan jati diri NU yang religius-nasionalis itu," urai Hamka.
Fakta historis kepeloporan NU dalam sejaran Republik Indonesia, adalah ketika Hadhratus Syaikh Hasyim Asy`ari memfatwakan resolusi jihad nasional 22 Oktober 1945, atas permintaan Bung Karno. Ini dilakukan untuk menghadapi agresi sekutu pimpinan Inggris yang segera waktu itu mendarat di Surabaya.