Selasa 26 Jan 2021 14:49 WIB

Opini Siswi Non-Muslim SMKN 2 Kenakan Jilbab di Sekolah

Republika mewawancarai beberapa siswi non-Muslim SMKN 2 Padang soal aturan jilbab.

SMK Negeri 2 Padang saat ini sedang jadi sorotan karena pro-kontra aturan siswi memakai jilbab yang kemudian viral di media sosial. (ilustrasi)
Foto: Republika/Febrian Fachri
SMK Negeri 2 Padang saat ini sedang jadi sorotan karena pro-kontra aturan siswi memakai jilbab yang kemudian viral di media sosial. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrian Fachri

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Padang kini tengah menjadi sorotan sejak ada salah seorang siswi non-Muslim dan orang tua yang keberatan mengenakan jilbab di lingkungan sekolah. Pekan lalu, salah seorang orang tua murid bernama Elianu Hia memprotes pihak SMK 2 Padang karena merasa anaknya dipaksa memakai pakaian berkerudung di sekolah.

Baca Juga

Protes Elianu ini menjadi viral karena ia sebarkan melalui akun sosial media Facebook milknya. Elianu yang merupakan non-Muslim terpaksa mendatangi sekolah karena anaknya sudah tiga kali dipanggil ke ruang bimbingan konseling lantaran tidak berpakaian seperti siswi lain yang memakai kerudung.

"Jadi, anak saya ini sudah tiga minggu ini dipanggil terus ke kantor BK, sehingga akhirnya saya datang. Saya tanya, ini kebijakan siapa, karena tidak ada keputusan menteri pendidikan atau keputusan gubernur. Mereka menjawab, ini keputusan sekolah. Wajib katanya," kata Elianu, Jumat (22/1).

Menyusul polemik aturan jilbab itu, Republika mencoba mewawancarai beberapa siswi non-Muslim di SMKN 2 Padang. Siswi kelas XII, Elisabeth Angelia Zega, misalnya, selama ini merasa tidak keberatan mengenakan jilbab ke sekolah. Angel merasa tidak ada kerugian dengan mengenakan pakaian yang membuat dirinya seperti siswi beragama Islam.

"Tidak ada unsur paksaan. Dan saya juga sudah dari SMP memakai jilbab," kata Angel, Senin (25/1).

Angel mengatakan, dirinya bisa saja mengusulkan kepada pihak sekolah supaya dapat memakai pakaian yang tidak memakai jilbab. Tetapi, ia tidak melakukan hal itu karena ia tidak ingin ada perbedaan mencolok dari teman-temannya yang mayoritas beragama Islam dan memakai kerudung.

Baca juga : Kisah Tigor Mualaf, Murtad, Lalu Jadi Mualaf Lagi

Bagi Angel, memakai pakaian rok panjang, baju kurung, dan memakai jilbab sama sekali tidak memengaruhi imannya sebagai seorang pemeluk Protestan.

"Walau di sekolah pakaian saya seperti ini (pakai jilbab) iman saya tetap percaya Tuhan Yesus. Tak ada tekanan batin kalau pakaian pakai jilbab," ujar Angel.

Selain itu, orang tua Angel juga tidak keberatan dengan pakaian berjilbab yang ia kenakan sejak sekolah di SMP 4 Padang sampai sekarang duduk di SMK 2 Padang. Angel mempersilakan adik juniornya itu berprinsip tidak mau memakai seragam yang dikenakan murid mayoritas Islam.

"Silakan saja. Karena dari awal sekolah memang tidak memaksakan." kata Angel menambahkan.

Siswi non-Muslim SMK N 2 Padang lainnya, Yulita Hareva, mengaku tidak pernah merasa rendah diri karena memakai jilbab ke sekolah. Memakai jilbab, menurut Yulita, memang tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Tetapi, ia memilih memakai seragam berjilbab karena tidak ada dampak negatif terhadap dirinya.

"Sudah sejak SMP saya memakai jilbab ke sekolah, saya tidak pernah minder," kata Yulita, Senin (25/1).

Baca juga : Newstory: Aturan Jilbab Hingga Pengakuan Siswi Non-Muslim

Siswi jurusan akuntansi kelas XII itu sempat merasa canggung menggunakan jilbab sejak masih di bangku SMP. Karena sejak kecil ia sama sekali tidak pernah memakai jilbab.

Ketika itu, ia belajar memasang jilbab dari kakaknya. Kebetulan. kakaknya juga belajar di sekolah negeri dan memakai jilbab.

Tetapi dalam keseharian, Yulita merasa lebih nyaman tidak memakai jilbab. Karena dengan memakai jilbab, ia sering dianggap sebagai pemeluk agama Islam.

"Identitas agama saya kan bukan Muslim. Jadi sering dianggap orang Islam. Kalau ditanya lebih nyaman pakai jilbab atau tidak, saya lebih nyaman enggak pakai jilbab," ucap Yulita.

Yulita mengetahui kini sekolahnya menjadi sorotan lantaran ada salah satu adik kelasnya yang keberatan memakai jilbab. Menurut dia, sikap juniornya itu tidak salah. Ia mempersilakan bila ada siswi non-Muslim yang ingin berpakaian yang mencirikan identitas agama yang ia peluk.

Adapun, siswi Eka Maria Putri Waruhu mengatakan memakai jilbab di sekolah tidak mengganggu prinsipnya sebagai pemeluk agama Nasrani. Menurut Eka, memakai seragam rok panjang, baju kurung dan jilbab hanya atribut sebagai pelajar.

"Pakaian seperti ini (pakai jilbab) hanya atribut saja kok. Identitas saya sebagai pelajar SMK 2. Tidak kaitan dengan masalah iman," kata Eka, Senin (25/1).

Eka sudah terbiasa ke sekolah dengan seragam berjilbab. Ia sudah menjalani hal itu sejak duduk di bangku kelas IV SD.

Tapi bila ditanya masalah kenyamanan, Eka akan merasa lebih nyaman bila tidak memakai jilbab. Sebenarnya, ia bisa saja datang ke sekolah dengan seragam tanpa menggunakan jilbab. Karena menurut Eka, sekolah tidak mewajibkan siswi non-muslim harus memakai jilbab. Tapi ia memilih memakai seragam berjilbab supaya tidak berbeda dengan teman-temannya yang lain.

"Kalau misal saya datang ke sekolah tidak pakai jilbab, saya juga akan berusaha rapi. Karena aturan sekolah kan harus berpakaian rapi," ujar Eka.

Sementara, siswi non-Muslim bernama Yulia Hia mengatakan, dirinya selalu mengenakan seragam berjilbab karena ingin menyesuaikan dengan teman-temannya yang lain. Yulia mengaku tidak risih karena sama sekali tidak mempengaruhi agama dan kepercayaan yang ia yakini.

"Terpaksa memakai jilbab sih enggak. Saya hanya ingin menyesuaikan," kata Yulia, Senin (25/1).

Karena selalu memakai jilbab di sekolah bahkan sudah sejak SD, banyak orang beranggapan Yulia sebagai seorang muslimah. Terkadang, terbersit keinginan dari siswi jurusan Otomatisasi Tata Kelola Pemerintah kelas XII ini untuk tidak lagi memakai jilbab ke sekolah. Karena terkadang ia ingin mengenakan pakaian yang membuat identitasnya sebagai seorang Nasrani terlihat oleh khalayak umum.

"Kalau keinginan, ya enggak usah pakai jilbab. Karena orang taunya kami ini Muslim. Padahal kami Kristen," ucap Yulia.

Selama menjalani masa pendidikan sejak SD sampai SMK, Yulia selalu mengenakan pakaian berjilbab. Karena merasa sudah terbiasa, diri pribadi dan keluaga Yulia tidak pernah lagi mempermasalahkan. Terlebih sekarang karena sudah remaja beranjak dewasa, keluarga memberi ruang baginya untuk menentukan sikap.

photo
Jilbab di seragam polisi Selandia Baru - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement