Senin 18 Jan 2021 18:00 WIB

Kesembuhan Covid Cetak Rekor, Tapi Mengapa RS Rujukan Penuh?

Rekor baru angka kesembuhan Covid tak dibarengi penurunan jumlah kasus baru.

Gugus Tugas RW 003 Kelurahan Pondok Labu merapikan tempat tidur yang akan digunakan untuk isolasi mandiri di Gedung Sasana Krida Karang Taruna, di Jalan Bango III , Pondok Labu, Jakarta, Senin (18/1). Gugus COVID-19 RW 003, Kelurahan Pondok Labu menyipakan Gedung Sasana Krida Karang Taruna sebagai tempat isolasi mandiri untuk warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 dengan fasilitas lima tempat tidur. Gedung isolasi ini akan digunakan untuk antisipasi apabila Wisma Atlet dan rumah sakit rujukan penuh.Prayogi/Republika.
Foto:

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menyampaikan, sistem kesehatan di Indonesia saat ini sangat tertekan dengan kondisi lonjakan pasien positif Covid-19. Tidak hanya RS rujukan Covid-19 yang penuh, petugas kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan di daerah juga makin kewalahan.

Para petugas kesehatan mengalami kelelahan setelah selama hampir satu tahun menangani pasien Covid-19 yang terus membeludak. Di sisi lain, petugas kesehatan juga masih harus bekerja keras memberikan pelayanan kepada pasien selain Covid-19.

“Saat ini, ada tekanan yang sangat besar pada rumah sakit dan tenaga kesehatan. Sistem kesehatan kita tertekan hebat. Kemampuan kita menyembuhkan pasien Covid-19 terganggu dengan adanya penambahan tinggi pasien baru setiap harinya,” ujar Reisa saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (18/1).

Tak hanya itu, melonjaknya angka positif Covid-19 ini juga berdampak pada penambahan kasus meninggal di berbagai daerah. Karena itu, Reisa menekankan agar masyarakat terus disiplin menjalankan protokol kesehatan secara ketat guna memutus rantai penularan.

“Karena semakin ketat menekan peredaran dari virus ini, semakin sedikit kesempatannya untuk bermutasi juga atau berubah menjadi sesuatu yang lebih mengkhawatirkan,” jelasnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, lonjakan kasus positif dapat menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) semakin tinggi. Ia pun mengkhawatirkan kondisi ini akan menyebabkan sistem kesehatan di Indonesia menjadi lumpuh jika angka keterisian tempat tidur di rumah sakit telah mencapai di atas 80 persen selama beberapa hari.

Selain itu, sistem kesehatan yang lumpuh juga ditandai dengan banyaknya pasien yang tak tertangani di ruang isolasi dan ICU karena terbatasnya fasilitas di rumah sakit.  

“Dan pasien non-Covid-19 juga tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan lagi karena fasilitasnya penuh, tenaga kesehatannya tidak ada lagi yang tersisa untuk melayani lagi atau fully occupied,” kata Wiku.

Wiku mengaku, masih belum mendapatkan data lengkap terkini mengenai tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit saat ini. Namun, pada Selasa (12/1) Satgas melaporkan tingkat keterisian tempat tidur di DKI Jakarta telah mencapai 82 persen, Banten sebesar 81 persen, DIY sebesar 78 persen, Jawa Barat sebesar 75 persen, Jawa Timur sebesar 71 persen, Sulawesi Selatan mencapai 71 persen, dan Jawa Tengah sebesar 71 persen.

Kemudian, sejak Rabu (13/1), lonjakan kasus positif terjadi dan penambahan kasus mulai memecahkan rekornya selama empat hari berturut-turut. Yakni, sebesar 11.278 kasus pada Rabu, 11.557 kasus pada Kamis (14/1), 12.818 kasus pada Jumat (15/1), dan mencapai rekor tertingginya pada Sabtu (16/1) yang sebesar 14.224 kasus baru. Sedangkan, pada Ahad (17/1), Satgas melaporkan penambahan kasus baru sebanyak 11.287.

In Picture: Kelurahan Pondok Labu Siapkan Gedung Isolasi Covid-19

photo
Daftar Daerah Terapkan PPKM - (Infografis Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement