Jumat 15 Jan 2021 14:31 WIB

Rintih Suara Warga dari Balik Reruntuhan Gempa Mamuju

Gempa Mamuju bahkan merusakkan bangunan rumah sakit yang berlantai lima.

 Gambar selebaran yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional Indonesia (BASARNAS) menunjukkan penyelamat mencari korban di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh setelah gempa berkekuatan 6,2 di Mamuju, Sulawesi Barat, Indonesia, 15 Januari 2021. Setidaknya tiga orang tewas dan puluhan luka-luka.
Foto:

BPBD Kabupaten Majene mengabarkan delapan warganya meninggal dunia dan lebih dari 600 orang menderita luka-luka. BPBD setempat terus melakukan upaya penanganan darurat dan memutakhirkan data dampak pascagempa.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengungkapkan, per Jumat, 15 Januari 2021, pukul 11.10 WIB, pihaknya mencatat, sekitar 637 warga mengalami luka-luka dan 15 ribu lainnya mengungsi di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. BPBD setempat terus melakukan pendataan dan kaji cepat di lapangan.

"Sedangkan, kerusakan bangunan di Kabupaten ini mencakup 62 unit rumah rusak, satu unit puskesmas rusak berat, satu kantor danramil Maluda rusak berat, jaringan listrik padam, komunikasi selular tidak stabil, dan longsor di tiga titik sepanjang jalan poros Majene–Mamuju," paparnya.

Sedangkan, pada Kabupaten Mamuju, BPBD setempat menginformasikan kerusakan berat, antara lain, Hotel Maleo, Kantor Gubernur Sulawesi Barat, dan sebuah minimarket. Jaringan listrik dan komunikasi selular juga terganggu di wilayah Mamuju.

"Kerusakan rumah warga serta korban jiwa masih dalam pendataan," ujarnya. BNPB memonitor upaya penanganan darurat di lapangan dilakukan oleh berbagai pihak, seperti BPBD, BNPP/Basarnas, TNI, Polri, sukarelawan dan mitra terkait lainnya.

"Kebutuhan yang diinformasikan oleh BPBD setempat berupa sembako, selimut dan tikar, tenda pengungsi, pelayanan medis, terpal, alat berat/eksavator, alat komunikasi, makanan siap saji dan masker," kata Raditya menambahkan.

Gempa bumi yang terjadi di Majene sejak Kamis (14/1) hingga Jumat (15/1) dini hari terjadi berdekatan dengan sumber gempa yang memicu tsunami pada tahun 1969 silam. Menurut BMKG, gempa pada 23 februari 1969 tersebut berkekuatan 6,9 skala richter pada kedalaman 13 km.

"Mengingat pesisir Majene pernah terjadi tsunami pada tahun 1969, masyarakat yang bermukim di wilayah Pesisir Majene perlu waspada jika merasakan gempa kuat agar segera menjauh dari pantai tanpa menunggu peringatan dini tsunami dari BMKG," ujar Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/1).

Daryono menjelaskan, gempa saat itu menyebabkan 64 orang meninggal, 97 orang luka-luka dan 1.287 rumah serta masjid mengalami kerusakan. Dermaga pelabuhan pecah, timbul tsunami dengan ketinggian 4 meter di Pelattoang dan 1,5 meter di Parasanga dan Palili.

Dengan kembalinya terjadi gempa kuat di Majene dini hari tadi, maka gempa yang terjadi pada hari Kamis 14 Januari 2021 pukul 13.35 WIB kemarin statusnya menjadi gempa pendahuluan/pembuka (foreshock). Untuk sementara saat ini, gempa yang terjadi pada pagi dini hari tadi statusnya sebagai gempa utama (mainshocks).

"Semoga status ini tidak berubah dan justru akan meluruh, melemah hanya terjadi gempa susulan (aftershocks) dengan kekuatan yang terus mengecil dan kembali stabil," kata Daryono.

Kepala BMKG Dwikorita menambahkan bahwa ada potensi munculnya gempa di lempeng tektonik lainnya, yang terpicu oleh lempeng tektonik yang terjadi di Majene. "Ada kemungkinan,kami masih tetap memantau dan menghimbau untuk antisipasi terjadinya pergerakan di patahan lain," ujarnya.

Walaupun demikian, Dwikorita mengingatkan agar masyarakat tidak panik. Masyarakat serta pemerintah daerah diharapkan tetap dalam kondisi siaga dengan menghindari bangunan-bangunan serta gedung yang tinggi.

"Hindari bangunan-bangunan tersebut karena dikhawatirkan akan masih ada berpotensi gempa susulan," kata dia menambahkan.

Sejak kemarin, BMKG mencatat 28 kali gempa terjadi di Kabupaten Majene dan sekitarnya. Adapun gempa susulan dengan magnitudo cukup besar lainnya dimungkinkan masih akan terjadi.

"Masyarakat agar tetap tenang dan terus memonitor informasi BMKG melalui berbagai kanal, bisa juga melalui aplikasi mobile phone dan laman BMKG," kata dia lagi.

Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan BMKG sudah mengirimkan tim yang akan bekerja di lapangan. Tim akan memasang tambahan peralatan untuk memonitor langsung di lokasi.

Tim yang diterjunkan juga akan sebisa mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat terkait gempa yang terjadi. "Kami sedang bergerak, posisinya menuju lokasi. Kami siap membantu baik secara langsung atau secara digital," kata dia.

photo
Warga memotret atap rumah yang ambruk akibat gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (14/1/2021). BMKG Sulawesi Barat mencatat gempa bumi berkekuatan 5,9 skala richter terjadi pada pukul 14:35:49 WITA di empat kilometer Barat Laut Majene-Sulbar dengan kedalaman 10 Km dan tidak berpotensi tsunami. - (Antara/Akbar Tado)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement