Sabtu 09 Jan 2021 01:51 WIB

Top 5 News: Tunawisma Dipindah Risma, Vaksin Perbesar Penis?

Menyamar menjadi pramusaji taklukkan Jenderal Hartono

Menteri Sosial Tri Rismaharini (tengah) berbincang dengan sejumlah tunawisma yang akan dipekerjakan di salah satu apartemen, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/1/2021). Pada kunjungan tersebut Mensos Tri Rismaharini meninjau fasilitas pelatihan di Balai Rehabilitasi Eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEGP) Pangudi Luhur dan memperkenalkan tempat pekerjaan baru yang lebih layak untuk tunawisma yang terjaring razia.
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Menteri Sosial Tri Rismaharini (tengah) berbincang dengan sejumlah tunawisma yang akan dipekerjakan di salah satu apartemen, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/1/2021). Pada kunjungan tersebut Mensos Tri Rismaharini meninjau fasilitas pelatihan di Balai Rehabilitasi Eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEGP) Pangudi Luhur dan memperkenalkan tempat pekerjaan baru yang lebih layak untuk tunawisma yang terjaring razia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial, Tri Rismaharini menjadi newsmaker pekan ini setelah aksi blusukannya menemui sejumlah tunawisma menuai kontroversi. Sebagian masyarakat menilai tindakan Risma hanya bagian dari pencitraan.

Dari sekian banyak berita Risma di Republika.co.id, satu berita tentang gelandangan yang ditemui Risma dan dipindahkan ke balai rehabilitas masuk dalam jajaran berita terpopuler, Jumat (8/1).

Kabar lain yang tak kalah menarik adalah cerita wartawan senior, Selamet Ginting yang berhasil menyelinap ke acara TNI dan mewawancarai KSAD Jenderal TNI R Hartono. Berkat aksi menyamar, dia adalah satu-satunya wartawan yang berhasil masuk ke dalam acara TNI pada 1996 yang tertutup untuk juru warta.

Berikut daftar top 5 news Republika.co.id, Jumat, 8 Januari 2020:

 

a1. Menyamar Menjadi Pramusaji Taklukkan Jenderal Hartono

Lagi ramai di media sosial (medsos). Ada orang yang menyamar menjadi 'gembel' di Ibu Kota. Saya tidak mau membahas drama tersebut. Sudah banyak diulas. Sensitif.

Saya juga punya pengalaman menyamar, tapi untuk kepentingan berita. Pada sekitar 1996, saya dapat tugas dari Pemimpin Umum Harian Merdeka, Mas Margiono. Perintahnya singkat padat. Hari itu juga saya diminta mencari dan mewawancarai Jenderal TNI R Hartono. Tentu tidak semudah mencari gembel. Dia adalah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Saat itu dia sangat popular.

Wartawan senior Republika, Selamat Ginting (kanan) bersama eks KSAD periode 2002-2005 dan Menhan periode 2014-2019, Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu.

Margiono tahu, tidak mudah mewawancarai orang supersibuk, apalagi tidak melalui permohonan wawancara khusus. Dia bilang," SG, ini untuk HL (headline) kita besok, saya akan kasih bonus Rp 500 ribu, jika berhasil," kata Margiono. SG adalah panggilan saya di Harian Merdeka.

Uang Rp 500 ribu saat itu cukup banyak. Belum terjadi krisis moneter. Gaji saya saat itu pun sekitar Rp 1 juta per bulan. Ini tantangan saya sebagai reporter khusus halaman utama. Mungkin Wapemred Bang Karim Paputungan, Redpel Bang Nuah Torong, dan Redaktur Polkam Bang Ludin Panjaitan, sebagai atasan saya, tidak ingat peristiwa itu.

 

Baca berita selengkapnya di sini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement