Jumat 08 Jan 2021 13:25 WIB

Blusukan Mensos Risma di Jakarta Disorot Akademisi

Penanganan tunawisma dinilai tak bisa parsial seperti blusukan menemui satu per satu.

Rep: jatimnow.com/ Red: jatimnow.com
Blusukan Mensos Risma di Jakarta Disorot Akademisi

"Jika beliau merancang program dengan sistematis maka bisa diintergrasikan dengan program yang dilakukan di kabupaten kota. Jadi dari Kemensos, ke dinas sosial setempat terintegtasi. Seperti yang kini ada di Kota Malang, Desaku Menanti yang kini telah berhasil menjadi kampung Wisata Topeng, mampu mengangkat ekonomi masyarakat," paparnya.

Ia menjelaskan, di sana adalah format penanganan tunawisma atau gepeng yang sudah terintegrasi. Anak-anak mendapatkan pendidikan formal dan informal.

Mereka diberikan bekal mulai mainan dan juga pembangun skill. Begitu juga dengan ibu-ibu, diberikan pelatihan menjahit. Mereka dilatih untuk membuat makanan olahan untuk kemudian dipasatkan ke kota.

Berkolaborasi dengan peguruan tinggi, produk olahan ibu-ibu tersebut dibenahi pakagingnya. Kemudian untuk para bapak-bapak, diberikan pekerjaan membuat topeng.

"Topengnya dijual ke publik wisatawan yang datang. Dengan harga sekitar Rp 15 ribu, mereka bisa menjual lebih dari lima sehari," ujar dia.

Belum lagi jika hari besar tertentu, maka harganya lebih besar. Dan para anak muda juga diberikan alat musik, dan sound sistem agar mereka bisa mengeksplorasi seni dan bakat di bidang musik. Mereka biasa tampil menghibur dan mendapatkan penghasilan.

"Saat itu Menterinya Ibu Khofifah yang saat ini menjabat gubernur Jatim. Beliau membangunkan mereka 40 rumah di sana. Jadi mereka para gepeng dialihkan ke sana dengan menghuni rumah yang sudah dibangunkan oleh Kemensos. Di sana lengkap, ada rumah ibadah, workshop. Dan sering dijadikan penelitian dari perguruan tinggi," tegas Profesor Mas'ud kembali.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di sana diberi pekerjaan dan tidak kembali menjadi gepeng. Hal itu menjadi bukti bahwa programnya berhasil.

"Kalau gepeng dihalau satu satu, tidak efektif. Itu seperti hit and run. Karena tidak terintegrasi. Akan lebih baik penanganan PMKS itu dilakukan simultan, terintegrasi dan sistematis. Dan yang terpenting, dalam penanganan tunawisma juga harus ditanamkan perubahan mindset tidak lagi meminta. Melainkan diajak untuk lebih banyak memberi, sehingga mereka tidak kembali lagi," tandasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan jatimnow.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab jatimnow.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement