REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Habib Rizieq Shihab (HRS) mengaku terkejut dengan adanya penetapan tersangka dirinya dan lima orang lain, menyoal kasus pelanggaran protokol kesehatan dalam acara Maulid Nabi dan akad nikah putrinya di Petamburan, Jakarta Pusat. Ia menilai, pengumuman pada 10 Desember itu tiba-tiba mengingat sebelumnya masih berstatus sebagai saksi.
"Dan saya juga belum pernah diperiksa sama sekali," ujar dia dalam pernyataanya yang diunggah di channel Front TV, Sabtu (12/12).
Dia menjelaskan, setelah ada pengumuman penetapan tersangka di hari tersebut, ia mengirim pengacara ke Polda Metro Jaya keesokan harinya, Jumat (11/12). Kunjungan itu untuk membahas kesepakatan sebelumnya yang diputuskan agar ada pengunduran pemenuhan panggilan ke tanggal 14 Desember.
Dalam pertemuan itu, pengacara ia sebut juga mempertanyakan komitmen pengunduran. Tetapi, penyidik ia klaim tidak bisa menunggu hingga 14 Desember sesuai dengan kesepakatan pengunduran yang disampaikan pengacara pada Senin (7/12) sebelumnya. Meskipun pada akhirnya, pengacara mempersilakan agar HRS dipanggil asal ada surat panggilan sebagai tersangka.
"Kami tidak pernah terima. Kelihatannya para penyidik keberatan mengeluarkan surat tersebut," ucapnya.
Namun demikian, dirinya menyebut pada dasarnya penyidik juga tidak mau melanggar komitmen pengunduran tersebut. Atas dasar itu, dicari bagaimana agar HRS bisa lebih cepat ke Polda sebelum 14 Desember.
Dia melanjutkan, karena penyidik yang menginginkan kunjungan ke Polda lebih cepat sebelum 14 Desember, ia langsung menyanggupi. "Karena kita ini ustadz, da'i. Tidak layak kalau kami membatalkan perjanjian atau komitmen. Insya Allah, besok (hari ini), Sabtu 12 Desember pagi hari, saya bersama pengacara akan datang ke Polda Metro, Insya Allah," kata dia.
Kedatangan itu, ia klaim juga untuk menunjukkan sikap warga negara yang baik dan ikut melaksanakan prosedur hukum yang ada. Ia menegaskan pernyataan HRS yang kerap mangkir dan sembunyi adalah tidak benar.